Awan yang terdapat di langit, pada mulanya terbentuk dari air yang berada di permukaan bumi yang mengalami penguapan. Setelah terbentuk, awan ini digiring oleh angin dari tempat penguapannya ke tempat pengendapannya atau ketempat di mana ia akan dicurahkan sebagai hujan.
Kecepatan angin yang menggiring awan lebih cepat dari awan itu
sendiri. Angin ini berfungsi untuk mengumpulkan gumpalan-gumpalan awan
yang satu dengan yang lainnya sehingga terhimpun di satu wilayah
tertentu di kawasan atmosfir bumi. Di mana di tempat ini terdapat arus
udara yang menekannya dari arah bawah gumpalan awan tersebut, dan
terdapat butiran-butiran es dari arah atas dan bulir-bulir air dari
bawahnya.
Awan yang telah terhimpun di suatu tempat, tidak hanya terhimpun
karena proses pertemuan antara beberapa gumpalan awan yang dibawa oleh
angin. Namun hal itu juga disebabkan arus dan aliran listrik yang
terdapat pada awan-awan tersebut, baik arus positif maupun arus negatif,
di mana pertemuan kedua arus, mengakibatkan percikan listrik yang
berpengaruh pada awan.
Proses terhimpunnya awan ini terbentuk dalam pola yang menumpuk, di
mana awan yang telah terkumpul, masih terus ditambahi oleh awan yang
berikutnya. Dan berdasarkan penelitian para ilmuwan, penumpukan awan ini
berbentuk seperti gunung, di mana pada bagian bawah lebih luas
daerahnya dan bagian atas lebih menyempit.
Pergesekan yang terjadi antara himpunan awan yang berbeda-beda
dengan kilat sebagai percikan listrik mengakibatkan terjadinya suara
halilintar yang menggelegar dan mengguncangkan siapa saja yang dekat
dengan tempat kejadiannya, sebagai akibat dari gelombang suara yang
memiliki tingkat frekwensi yang sangat tinggi. Suara halilintar ini
sering terjadi, sambil mengiringi jatuhnya air hujan ke bumi.
Demikianlah proses terjadinya awan, halilintar dan hujan. Hakikat
ilmiah ini, tidak diketahui secara pasti dan detail, kecuali setelah
kemajuan pesat dalam bidang penelitian luar angkasa dan ilmu
meteorologi.
Padahal Al-Qur'an sendiri, sejak 14 abad yang lalu, telah
memberikan petunjuknya berkaitan dengan fenomena alam ini, dalam surah
An-Nur ayat 43. Allah SWT berfirman:
"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan."
Sebagaimana firman Allah SWT: "dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung". (rol/DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal/Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Al-Qur'an dan Sunna