
Penghalang Mendapat Kebenaran
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala semata, shalawat dalam salam
semoga selalu tercurah kepada Nabi yang tidak ada nabi sesudahnya.
Ini adalah sebelas penghalang manusia menerima kebenaran, siapa yang
mengetahuinya ia bisa menolaknya dan siapa yang tidak mengetahuinya ia
mengikutinya.
Penghalang pertama: sombong. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Aku memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi
tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika
melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak berfirman kepadanya. Dan jika
mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tak mau
menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan
ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya. (QS. al-A’raf:146)
Contoh penjelasan di atas:
Contoh pertama: Iblis. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Lalu seluruh malaikat-malaikat itu sujud semuanya * Kecuali iblis; dia
menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir. (QS.
Shaad:73-74)
Contoh kedua: Yahudi. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran)
yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa
orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain)
kamu bunuh. (QS. Al-Baqarah: 87)
Contoh ketiga: orang-orang musyrik. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka:"Laa ilaaha
illallah" (Tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah) mereka
menyombongkan diri. (QS. ash-Shaaffat:35)
Contoh Keempat: Walid. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, (QS. al-Mudatstsir:23)
Contoh Kelima: orang kafir dan ahli bid’ah, mereka memperdebatkan al-Qur`an karena sombong. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah
tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka
melainkah hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali
tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada
Allah.Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Ghafir
:56)
Penghalang kedua: iri dengki. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Ataukah
mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah
telah berikan kepadanya.. (QS. an-Nisa`:54)
Contoh penjelasan di atas.
Contoh pertama: Iblis. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada malaikat:"Sujudlah kamu
semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata:"Apakah
aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah" * ia
(iblis) berkata:"Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau
muliakan atas diriku Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku
sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya,
kecuali sebahagian kecil". (QS. al-Isra`:61-62)
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Allah berfirman:"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam)
di waktu Aku menyuruhmu". Menjawab iblis:"Saya lebih baik daripadanya:
Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
(QS. Al-A’raaf:12)
Contoh kedua: Yahudi. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan
kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul)
dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka
ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan
perintah-Nya. Sesungguh-Nya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS.
2:109)
Contoh Ketiga: Qabil. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil)
menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka
diterima salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima
dari yang lain(Qabil). Ia berkata (Qabil):"Aku pasti membunuhmu!".
Berkata Habil:"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari
orang-orang yang bertaqwa". (QS. al-Maidah:27)
Penghalang Ketiga: mengikuti hawa nafsu. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa
sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). (QS.
28:50)
Contoh penjelasan di atas:
Contoh pertama: seorang ulama bani Israel. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan
kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian
dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh
syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang
sesat. * Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan
(derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan
menurutkan hawa nafsunya yang rendah,. (QS. Al-A’raaf:175-176)
Contoh Kedua: orang-orang musyrik. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya (QS. Al-Jatsiyah:23)
...dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan
dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya
itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi:28)
Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh yang tidak
beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang
menyebabkan kamu binasa". (QS. Thaha:16)
Penghalang keempat: pengagungan dan panatisme terhadap makhluk, bukan terhadap kebenaran. Contoh-contohnya adalah:
Contoh pertama: pengagungan dan panatisme terhadap seseorang. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Apabila dikatakan kepada mereka:"Marilah mengikuti apa yang diturunkan
Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab:"Cukuplah untuk kami apa
yang kamu dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka
akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu
tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuki (QS.
al-Maidah:104)
Mereka mengikuti jejak para leluhur, bukan mengikuti para nabi. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Karena sesungguhnya mereka mendapati bapak-bapak mereka dalam keadaan
sesat. *Lalu mereka sangat tergesa-gesa mengikuti jejak orang-orang tua
mereka itu. * Dan sesungguhnya telah sesat sebelumm mereka (Quraisy)
sebagian besar dari orang-orang yang dahulu, (QS. ash-Shaffat:69-71)
Jika para leluhur melakukan perbuatan keji, anak cucu juga melakukan yang sama. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata:"Kami
mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah
menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah:"Sesungguhnya Allah tidak
menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji". Mengapa kamu mengada-adakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. al-A’raf:28)
Dan jika para leluhur melakukan perbuatan syirik, anak cucu juga melakukan hal yang sama. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan
kaumnya:"Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" *
Mereka menjawab:"Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya". (QS.
al-Anbiya`:52-53)
Maka apa saja yang dilakukan oleh leluhur, dilakukan pula oleh para
keturunan. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Mereka menjawab:"(bukan
karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat
demikian". (QS. asy-Syu’ara:74)
Contoh kedua: panatik terhadap ulama. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, (QS. at-Taubah:31)
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Dan mereka berkata:"Ya Rabb Kami, sesungguhnya kami telah menta'ati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan (yang benar). (QS. 33:67)
Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah
mereka dengan kutukan yang besar". (QS. al-Ahzaab:67-68)
Contoh ketiga: panatik terhadap makhluk bukan terhadap kebenaran,
seperti panatik terhadap mazhab atau negeri atau keturunan atau warna
atau bahasa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang berperang di bawah bendera kebutaan, yaitu marah
karena kekerabatan, atau mengajak kepada kekerabatan, atau menolong
karena kekerabatan, lalu ia terbunuh maka ia terbunuh secara jahiliyah.”
HR. Muslim.
Dan dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Kami berada
dalam satu peperangan, lalu seorang laki-laki dari kalangan muhajirin
memukul pantat seseorang dari kalangan anshar. Maka orang anshar
tersebut berkata:
‘Wahai orang-orang anshar.’ Dan orang muhajirin berseru: ‘Wahai orang-orang muhajirin.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar hal itu seraya bersabda: ‘Kenapa ada panggilan jahiliyah? Mereka menjawab: ‘Seorang laki-laki dari kaum muhajirin memukup pantat laki dari kaum anshar.’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Biarkanlah, sesungguhnya ia sesuatu yang busuk.” HR. Al-Bukhari no. 4622
‘Wahai orang-orang anshar.’ Dan orang muhajirin berseru: ‘Wahai orang-orang muhajirin.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar hal itu seraya bersabda: ‘Kenapa ada panggilan jahiliyah? Mereka menjawab: ‘Seorang laki-laki dari kaum muhajirin memukup pantat laki dari kaum anshar.’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Biarkanlah, sesungguhnya ia sesuatu yang busuk.” HR. Al-Bukhari no. 4622
Penghalang kelima: Merasa mulia dan angkuh. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Dan apabila dikatakan kepadanya:"Bertaqwalah kepada Allah", bangkitlah
kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah
(balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat
tinggal yang seburuk-buruknya. (QS. 2:206)
Penghalang keenam: hamiyyah.
Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah (QS. al-Fath:26)
Penghalang ketujuh: nifaq. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Apabila dikatakan kepada mereka:"Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang
Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat
orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari
(mendekati) kamu. (QS. 4:61)
Penghalang kedelapan: marah.
Dari Sulaiman bin Syard radhiyallahu ‘anhu. Ia berkata: dua orang
laki-laki saling mencela di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan
kami sedang duduk di sisi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, salah
seorang dari keduanya mencela temannya sambil marah dan mukanya sudah
merah padam. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‘Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimah yang jikalau ia mengatakannya niscaya hilang kemarahan darinya, jika ia membaca: ‘Aku berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari gangguan syetan yang terkutuk.’ Mereka berkata kepada laki-laki tersebut: ‘Apakah engkau tidak mendengar apa yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Ia menjawab: ‘Sesungguhnya aku bukan orang gila.’HR. al-Bukhari.
‘Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimah yang jikalau ia mengatakannya niscaya hilang kemarahan darinya, jika ia membaca: ‘Aku berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari gangguan syetan yang terkutuk.’ Mereka berkata kepada laki-laki tersebut: ‘Apakah engkau tidak mendengar apa yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Ia menjawab: ‘Sesungguhnya aku bukan orang gila.’HR. al-Bukhari.
Penghalang ke sembilan: teman.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zalim itu menggigit dua
tangannya, seraya berkata:"Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan
(yang lurus) bersama Rasul. * Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku
(dulu) tidak menjadikan si fulan jadi teman akrab(ku). (QS.
Al-Furqan:27-28)
Penghalang kesepuluh: khawatir kehilangan kekuasaan, kedudukan dan pengikut.
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Abu Sufyan
radhiyallahu ‘anhu mengabarkan kepadanya bahwa Heraclius berkata:
‘Sungguh aku sudah mengetahui bahwa ia (nabi akhir zaman) pasti akan
muncul namun aku tidak pernah menduga bahwa ia berasal dari golonganmu.
Maka jika aku mengetahui bahwa bisa sampai kepadanya niscaya aku
berusaha untuk menemuinya.
Jika aku berada di sisinya niscaya aku membersihkan kedua kakinya. Lalu
ia memanggil para pembesar Romawi di tempat peribadatannya di Aleppo.
Kemudian ia menyuruh pintu di tutup kemudian ia berpidato: ‘Wahai semua
bangsa Romawi, maukah kalian mendapat keberuntungan dan petunjuk, dan
kerajaanmu tetap langgeng, maka kamu membai’at nabi ini.’
Lalu mereka berdesakan menuju pintu, ternyata pintu sudah dikunci. Maka
tatkala ia melihat berlarinya mereka dan tidak mau beriman, ia berkata:
‘Kembalikan mereka kepadaku dan berkata: Sesungguhnya aku mengatakan hal
ini untuk menguji kesungguhan kalian terhadap agama kalian, sungguh aku
telah melihat hal itu, lalu mereka sujud kepadanya dan ridha
terhadapnya. Maka itulah akhir berita Heraclius.
Penghalang Kesebelas: Perasaan
Dari Ibnu Syihab, ia berkata, Sa’id bin Musayyab mengabarkan kepadanya
dari bapaknya, ia menceritakan bahwa tatkala Abu Thalib hampir
meninggal dunia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang
kepadanya ternyata di sampingnya ada Abu Jahal bin Hisyam dan Abdullah
bin Abu Umayyah bin Mughirah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Thalib: Wahai pamanku, ucapkanlah ‘laa ilaaha illallah’ kalimat yang aku bersaksi dengannya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata: Apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib?
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa menawarkan hal itu kepadanya dan keduanya mengulangi kalimat tersebut, hingga akhirnya Abu Thalib berkata di akhir ucapannya bahwa ia tetap di atas agama Abdul Muthalib dan enggan mengucapkan ‘laa ilaaha illallah’.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Thalib: Wahai pamanku, ucapkanlah ‘laa ilaaha illallah’ kalimat yang aku bersaksi dengannya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata: Apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib?
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa menawarkan hal itu kepadanya dan keduanya mengulangi kalimat tersebut, hingga akhirnya Abu Thalib berkata di akhir ucapannya bahwa ia tetap di atas agama Abdul Muthalib dan enggan mengucapkan ‘laa ilaaha illallah’.
Semoga shalawat selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.