
Keteladanan Salafusshalih
~Syaikh Husain bin AbdulAziz Alu Syaikh
Khutbah pertama
Segala puji hanya untuk Allah Shubhanahu wa ta’alla yang telah
memuliakan tauhid beserta para pembela dan pengusungnya, menghinakan
perbuatan syirik serta para pelakunya. Saya bersaksi bahwasannya tidak
ada ilah yang berhak di sembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu
wa ta’alla, tidak ada sekutu baginya.
Dan saya juga bersaksi bahwa Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam adalah seorang hamba dan utusan Allah Shubhanahu wa ta’alla.
Sholawat serta salam dan keberkahan semoga selalu tercurah kepada
beliau, keluarga serta para sahabatnya.
Allah Shubhanahu wa ta’alla Ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa
mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar". (QS al-Ahzaab: 70-71).
Kaum muslimin…
Pada saat ini, begitu terasa ujian yang sedang menimpa umat, cobaan yang
di bebankan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla kepada umat ini, semakin
hari semakin bertambah, dan terus bertambah musibah yang di alami oleh
saudara kita sesama muslim di belahan barat dan timur, yang sudah tidak
asing lagi di kalangan kita semua.
Saudaraku seakidah…
Sesungguhnya umat Islam -dan umat ini sedang dalam ujian serta fitnah
yang sangat besar- sangat membutuhkan kepada pemahaman sempurna terhadap
sejarah kemulian para pendahulu kita salafus shalih radhiyallahu
'anhum, sebuah potret sejarah yang mengandung kejayaan umat,
mengantarkan perjalanan hidup di atas manhaj yang benar dan petunjuk
yang lurus.
Sungguh sebuah sejarah yang penuh dengan pelajaran, yang mengenyangkan
jiwa, memperbaiki perilaku, menyinari akal, memberi pelajaran dan ibroh,
yang mampu memompa semangat serta menguatkan cita-cita, dan memecut
keinginan. Sejarah untuk di ambil sebagai pelajaran oleh umat, guna
mempersiapkan diri meraih kembali puncak-puncak kejayaan, menilik
tempat-tempat yang bisa mendatangkan pertolongan Allah Shubhanahu wa
ta’alla, dan pendorong kekukuhan umat.
Saudaraku kaum muslimin…
Pada zaman Umar al-Faruq radhiyallahu 'anhu, seorang khalifah yang
Rasyid (mendapat petunjuk), penaklukan demi penaklukan negeri kafir
terus berlanjut, sebuah kepemimpinan yang mengantarkan kepada kebahagian
dan kesejahteraan umat manusia, serta ketentraman pada setiap lini
kehidupan.
Diantara sekian banyak penaklukan yang dapat di capai oleh kaum muslimin
pada saat itu adalah di taklukannya negeri Syam, yang masuk padanya
dapat direbutnya kota al-Quds dari tangan penjajah, sebuah penaklukan
yang memiliki peran penting dalam barisan umat. Sedangkan penaklukan itu
sendiri, terjadi pada tahun ke enam belas Hijriyah.
Kaum muslimin rakhimakumullah…
Sungguh dengan di taklukannya kota ini, di dalamnya membawa sebuah
pelajaran yang sangat agung serta ibroh yang mulia bagi kita semua, di
antara pelajaran yang dapat kita petik dari penaklukan ini yaitu; Bahwa
suatu keharusan bagi kaum muslimin adalah mempunyai rasa percaya diri
yang tinggi serta merasa lebih mulia dengan agamanya, percaya kepada
Rabbnya.
Dengan tidak mengeyampingkan ajaran tauhid, bertawakal kepada -Nya,
menyerahkan segala usaha dan upaya guna meraih ketakwaan kepada Allah
Shubhanahu wa ta’alla, dan tunduk didalam bingkai ketaatan kepada Allah
Shubhanahu wa ta’alla dan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Maka,
inilah kaidah dan pondasi yang bisa mengantarkan kepada kemuliaan dan
kejayaan umat, inti dari sarana untuk meraih pertolongan -Nya, serta
segera di angkatnya bencana dan ujian serta ditolaknya segala bentuk
fitnah.
Di kisahkan dalam sejarah, Setelah berhasil menguasai negeri ini dan
kedudukannya berubah menjadi di bawah kekuasaan Umar radhiyallahu 'anhu,
maka beliau memerintahkan Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhum
'ala Shohabah 'ajma'in, untuk ekspedisi menaklukan negeri berikutnya,
dan sebelumnya beliau memberikan surat wasiat kepadanya, yang isinya
antara lain; Amma Ba'du:
"Saya jadikan dirimu sebagai panglima dalam ekspedisi ini, maka
laksanakan perintah ini, berangkatlah ke Qoisaariyah, mintalah
pertolongan hanya kepada Allah Azza wa jalla dan perbanyaknya
mengucapkan; 'Laa haula walaa quwata ilaa billahil 'Aliyil 'Adhim'
(Tiada daya dan upaya melainkan dari Allah Shubhanahu wa ta’alla yang
Maha Tinggi lagi Maha Agung)."
Dan para Sahabat, mereka adalah orang-orang yang sangat paham betul
dengan makna kalimat yang terkandung didalamnya. Di antara kelanjutan
wasiat beliau adalah; 'Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah satu-satunya
Rabb kita, kita serahkan segala urusannya hanya kepada -Nya, tempat
untuk mengharap dan mengadu, dan -Dia lah sebaik-baik tempat mengadu dan
meminta pertolongan". Maka Mu'awiyah pun berangkat –Sembari membawa
makna yang sangat agung ini dari wasiat-wasiat Umar – yang pada akhirnya
Allah Shubhanahu wa ta’alla memenangkan mereka dan dapat menguasai
negeri tersebut.
Tatkala Umar mengunjungi kota Syam, di saat penaklukan-penaklukan ini
sedang terjadi, dalam keadaan naik keledainya dan kedua kakinya berada
di satu sisi, Abu Ubaidah radhiyallahu 'anhu berkata kepadanya:
"Wahai Amirul mu'minin, sekarang engkau akan bertemu dengan para
pembesar Romawi". Maka terucaplah dari Umar sebuah ucapan yang sangat
mashur: "Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan
kalian dengan Islam, kalau sekiranya kalian berusaha untuk mencari
kemulian dari selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, maka -Dia pasti akan
menghinakan kalian". Kemudian beliau berkhutbah dengan khutbah yang
ringkas namun sangat agung isinya, yang kaya makna dan petuah, di antara
isi khutbahnya adalah:
"Barangsiapa di antara kalian yang merasa senang dengan kebaikannya, dan
merasa sedih dengan kejelekannya, maka di adalah seorang mukmin".
Sebuah kalimat yang harus menjadi pegangan hidup dalam masyarakat
muslim.
Di antara sikap Umar al-Faruq radhiyallahau 'ahu yang ada pada saat itu,
yaitu menulis surat kepada Abu Ubaidah untuk berangkat jihad di
tengah-tengah penaklukan-penaklukan tersebut, seraya berkata:
"Keselamatan semoga tercurah atas kalian, sesungguhnya saya memuji
kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla baik dalam keadaan sembunyi maupun
terang-terangan, dan saya peringatkan kalian semua dari perbuatan
maksiat kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla Ta'ala, saya juga peringatkan
dan melarang kalian agar jangan sampai menjadi orang-orang yang
tersirat dalam firman -Nya:
"Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, sanak keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu
sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul -Nya dan dari
berjihad di jalan -Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan -Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasik." (QS at-Taubah: 24).
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada penutup para Nabi dan Imamnya para utusan. Alhamdulillahi rabil 'alaimin".
Sebuah wasiat yang ringkas namun penuh makna. Maka tatkala surat ini di
bacakan di hadapan kaum muslimin, tidak ada seorang pun melainkan
meneteskan air matanya karena menangis.
Beliau juga pernah menulis sebuah wasiat kepada Sa'ad bin Abi Waqash
radhiyallahu 'anhu dan orang-orang yang bersama dia dari pasukan yang
ada, beliau mengatakan: "Amma Ba'du; Sesungguhnya saya menyuruh kepadamu
serta orang-orang yang ada di sekelilingmu dari para pasukan agar
senantiasa bertakwa kepada Allah Azza wa jalla pada setiap keadaan,
karena sesungguhnya ketakwaan kepada -Nya merupakan sebaik-baik benteng
untuk melawan musuh, dan tameng yang paling kuat di dalam peperangan.
Dan saya juga memerintahkan kepadamu dan orang-orang yang ada, dari para
pasukan, agar menjadi orang-orang yang sangat berhati-hati dengan
perkara maksiat, melebihi sikap kehati-hatian kalian dari serangan
musuh, sesungguhnya dosa-dosa yang di lakukan oleh pasukan lebih saya
takuti atas kalian dari pada musuh-musuhmu, (ketahuilah) hanya saja kaum
muslimin di tolong oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla di karenakan
perbuatan maksiat yang di lakukan oleh musuh kalian kepada Allah
Shubhanahu wa ta’alla Ta'ala".
Dan perhatikanlah, di sana, dalam buku-buku sejarah yang berbicara
kepada kita perjalanan anak manusia, salah satu di antara mereka yang
telah mengikuti metode ini dan menjadikanya sebagai metode hidupnya
adalah Sholahudin al-Ayubi, di mana di kisahkan bahwasannya beliau di
dalam peperangan yang beliau lakukan selalu bersedekah (pada fakir
miskin) secara sembunyi-sembunyi, lantas di dalam sujud sholatnya ia
berdo'a: "Wahai Rabbku, sungguh telah habis usaha yang dapat saya
berikan untuk bisa menolong agama -Mu, tidak ada yang tersisa dari hamba
-Mu melainkan ikhlas kepada -Mu, berpegang teguh kepada agama -Mu, dan
bersandar kepada keutamaan -Mu, Engkaulah tempat meminta pertolongan dan
sebaik-baik penolong". Berkata salah seorang ulama yang hidup sezaman
dan melihat beliau: "Sungguh saya pernah melihat beliau dalam keadaan
sujud sedangkan air matanya mengalir deras, sampai membasahi jenggot dan
tempat sujudnya".
Mereka semua adalah sosok kaum yang sangat sedikit sekali berbicaranya
namun banyak menyimpan ilmu, banyak bersedekah serta ikhlas di dalam
amalannya, maka Allah Shubhanahu wa ta’alla mewariskan kepada mereka
kemulian dan kemenangan di dunia dan akhirat kelak, adapun sekarang,
kita sangat jarang sekali mendapati, di mana ada di kalangan umat ini
yang mau meniti pada manhaj yang lurus dan jalan yang lurus ini!
Sedangkan jawabannya maka sudah bisa di tebak di dalam akal pikiran
kita, yang tidak samar lagi kecuali bagi orang yang lalai, kita hanya
bisa mengadu kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, Laa haula walaa quwata
ilaa billah. Mana wacana dan opini yang biasa di lontarkan oleh
politikus, atau penulis, kritikus, yang mau menyeru umat sebagaimana
halnya Umar dan para Sahabat Rasulullah Shalallahu 'alahi wa sallam
serta orang-orang yang mau mengikuti mereka dengan baik sampai hari
kiamat kelak.
Saudaraku kaum muslimin…
Di antara pelajaran-pelajaran mulia dan ibroh yang penuh barokah ini
adalah; Bahwa umat Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam termasuk di
antara tanda-tanda wujudnya mereka adalah adanya umat yang lebih
mengutamakan perkara akhirat daripada perkara dunianya, bukan umat yang
senang hidup mewah dan boros, senang bersendau gurau dan bermain-main,
namun, umat ini adalah umat yang hidup di atas semangat tinggi, serta
menerapkan makna yang tinggi yaitu merealisasikan peribadahan hanya
kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan memurnikan tauhid kepada -Nya,
menjadikan dunia ini sebagai ladang amal shaleh agar bisa di petik
hasilnya di akhirat kelak, bukan menjadikan dunia sebagai tujuan utama
sebagaimana yang menjadi ambisi kebanyakan umat manusia pada hari ini.
Tatkala Umar berkunjung ke Syam beliau berkata kepada Abu Ubaidah
radhiyallahu 'anhum 'ala ash-Shahabah, -beliau merupakan salah satu
panglima kaum muslimin- dalam penaklukan Syam: "Bawalah kami ke tempat
tinggalmu".
Ia berkata: "Apa yang akan engkau lakukan, wahai Umar? Tidaklah yang
engkau inginkan melainkan akan membikin dirimu menangis". Tatkala Umar
masuk kedalam rumah, beliau tidak melihat perabotan apapun, lantas
beliau bertanya keheranan: "Mana perabotan rumahmu wahai Abu Ubaidah?
Saya tidak mendapati kecuali ada karpet lusuh, periuk, dan sedikit air,
kamu seorang panglima, apa kamu punya makanan?
Maka Abu Ubaidah berdiri menuju bawah tangga lalu mengambil remukan
roti. Umar pun menangis melihat kondisinya. Abu Ubaidah berkata
kepadanya: "Saya sudah bilang padamu, bahwa kamu pasti akan menangis
kasihan kepadaku wahai Amirul mukminin, cukup bagiku sesuatu yang bisa
menegakkan tulang punggung". Lantas Umar berkata –beliau adalah seorang
yang sangat zuhud, wara' dan sangat sederhana kehidupannya-: "Dunia
telah menipu kami semua, kecuali kamu wahai Abu Ubaidah".
Mereka adalah generasi terbaik dari kalangan umat ini, yang tidak
mengenal dunia, kekuasaan, kedudukan, keindahan, kekayaan, dan
rongsokannya –sebagaimana kebanyakan orang pada hari ini-.
Lihatlah pada kisahnya pedang Allah Shubhanahu wa ta’alla, Khalid bin
Walid ini. Dirinya adalah orang yang pertama kali mengetahui surat dari
Umar yang diperuntukan untuk Abu Ubaidah, isi suratnya mengabarkan
tentang berita wafatnya Abu Bakar Shidiq radhiyallahu 'anhu dan pujian
untuk dirinya dari Umar serta menggantikan kepemimpinannya dengan Abu
Ubaidah di negeri Syam.
Surat ini membawa pesan pencopotan Khalid dari jabatan gubernur dan
perintah untuk membantu gubernur baru, karena dirinya sangat di butuhkan
sekali bantuannya oleh Abu Ubaidah. Tatkala Khalid bin Walid mengetahui
hal tersebut, ia bergegas menemui Abu Ubaidah dan berdiskusi dengannya,
sebuah perbincangan yang agung dan penuh adab, tinggi kedudukannya,
yang menunjukan keikhlasan yang luar biasa besarnya dan kejujuran yang
sempurna.
Khalid berkata kepadanya: "Wahai Abu Ubaidah, semoga Allah Shubhanahu wa
ta’alla mengampunimu. Telah datang kepadamu surat dari Amirul mukminin
dengan penunjukan dirimu sebagai pemimpin, kenapa engkau tidak
memberitahuku sebelumnya, sehingga dirimu masih sholat di belakangku,
sedangkan pemimpin adalah pemimpinmu juga?". Maka Abu Ubaidah berkata
kepadanya: "Demikian juga engkau wahai Khalid semoga Allah Shubhanahu wa
ta’alla mengampunimu. Saya enggan untuk memberitahumu sampai sekiranya
engkau mengetahui sendiri dari orang lain, saya tidak mau membuatmu
terburu-buru sampai semuanya selesai, sehingga pada nantinya saya segera
memberitahumu –Insya Allah-".
Abu Ubaidah mengatakan: "Bukanlah kekuasaan dunia yang saya inginkan,
dunia bukanlah tujuan saya bekerja, karena sebagaimana kita lihat,
semuanya pasti akan fana dan sirna. Kita hanyalah saudara seiman yang
tunduk terhadap perintah Allah Shubhanahu wa ta’alla Ta'ala, tidak ada
cela bagi seseorang yang di gantikan oleh saudaranya dalam agama bukan
dunianya, namun Amirul mukminin mengetahui bahwa dirinya harus memilih
mana dari keduanya yang lebih sedikit membawa fitnah dan terjatuh ke
dalam kekeliruan yang akan menghancurkan dirinya, kecuali orang yang di
jaga oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla, dan sangatlah sedikit golongan
mereka".
Lalu Abu Ubaidah menyerahkan surat wasiat Umar kepada Khalid. Apa yang
di perbuat oleh Khalid? Beliau berada di bawah kepemimpinan Abu Ubaidah
selama kurang lebih empat tahun, dan tidak pernah di ketahui bahwa
dirinya mangkir dari perintah pemimpinnya walau pun hanya satu kali.
Namun, dirinya selalu memenuhi perintahnya sampai pada peperangan besar
dan penting yang sangat genting sekalipun. Khalid berkata kepadanya:
"Ini adalah bagian saya, dan saya akan menyelesaikannya insya Allah".
Maka Abu Ubaidah mengatakan: "Saya malu kepadamu wahai Abu Sulaiman".
Lantas Khalid menjawab: "Kalau sekiranya saya di perintah oleh anak
kecil yang datang dari Waliyul 'amr pasti saya akan taati titahnya,
bagaimana mungkin saya akan menyelisihimu, sedangkan engkau adalah orang
yang lebih dulu beriman daripada saya dan lebih dulu masuk Islam,
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam telah menamai dirimu sebagai
'al-Amiin'?". Kemudian Khalid bersaksi bahwa dirinya telah menjadikan
jiwa dan raganya untuk berjihad dan tidak menyelisihi perintah pemimpin
selama-lamanya.
Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla meridhoi al-Faruq Umar bin Khatab
tatkala dirinya menulis surat untuk seluruh penjuru negeri Islam yang
berisi pernyataanya: "Sesungguhnya saya mencopot Khalid (dari
kepemimpinanya) bukan karena kebencianku padanya bukan pula karena
dirinya khianat, akan tetapi, manusia telah terfitnah dengan Khalid, dan
saya khawatir mereka menyerahkan segala urusan kepadanya, dan mereka
akan di uji olehnya".
Sebuah pelajaran tauhid, yang para Sahabat dapatkan dari sistem
pendidikan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam–beliaulah pendidik
tauhid yang sejati-, kemudian Umar mengatakan kepada Khalid: "Wahai
Khalid. Demi Allah, sungguh dirimu bagi saya mempunyai kemuliaan, dan
engkau adalah orang yang saya cintai". Beliau melanjutkan: "Saya berbuat
seperti halnya orang berbuat namun tidak seperti apa yang kamu lakukan,
tidak ada yang di lakukan oleh seorang hamba melainkan Allah Shubhanahu
wa ta’alla lah yang menciptakannya".
Ketika Abu Ubaidah memegang tampuk kepemimpinan Qonnisiriin beberapa
lama setelah di copotnya Khalid dari jabatannya, Berkata Umar –tatkala
negeri tersebut dapat di taklukan oleh Khalid-, Umar berkata kepadanya:
"Khalid telah menjadi amir dengan sendirinya, Khalid telah menjadi amir
dengan sendirinya. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla merahmati Abu
Bakar, semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla merahmati Abu Bakar, dirinya
lebih mengetahui keadaan ar-Rijal (orang) dari pada saya".
Khalid menjawab sembari memuji Umar: "Adalah Umar, beliau adalah orang
yang selalu menginginkan wajah Allah Shubhanahu wa ta’alla pada setiap
langkah dan keputusannya". Hal ini tidaklah mengherankan, mereka adalah
para Sahabat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam, sebuah sekolahan
yang memberikan buah indahnya pada tiap keadaan dan zaman.
Di antara salah satu pendidikan dan pelajaran terbaik yang bisa kita
ambil dari mereka adalah; apa yang telah di tulis oleh para sejarawan
bahwa Sholahudin al-Ayubi –Siapa yang tidak kenal dirinya, beliau adalah
orang yang banyak menaklukan negeri kafir-, dirinya tidak pernah
meninggalkan di dalam simpanannya uang kecuali satu dinar dan tiga puluh
enam dirham, dan tidak mempunyai harta selain itu, baik istana megah
maupun rumah mewah.
Mereka adalah orang-orang yang menjadikan seluruh hidupnya berjalan di
bawah timbangan syari'at, merealisasikan ketakwaan serta ketundukan
penuh kepada Allah Azza wa jalla. Orang-orang yang selalu berhubungan
bersama Allah Shubhanahu wa ta’alla Jalla wa 'ala serta merasa mulia
dengan agamanya, mereka meraih kemenangan dengan sebab bertawakal kepada
-Nya. Di mana keadaan umat pada hari ini, yang ada hanyalah
perselisihan, bermusuhan, karena kekuasaan dan ingin menjadi seorang
pemimpin, sebagaimana tidak samar lagi bagi seorangpun.
Adalah Ubadah bin Shaamit radhiyallahu 'anhu pernah berdiri di
tengah-tengah pasukan kaum muslimin tatkala tengah mengepung Qoisaariyah
sembari memberi semangat serta nasehat kepada mereka sambil
mengatakan:
"Wahai umat Islam, sungguh diriku adalah orang yang paling berumur dan
sudah banyak menghabiskan usia di antara kalian, dan Allah Shubhanahu wa
ta’alla telah mentakdirkan diriku untuk masih hidup sampai saat ini,
berperang bersama-sama kalian.
Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan -Nya, tidak ada yang membawaku
untuk berada diantara kalian untuk memerangi orang-orang kafir melainkan
agar mereka mau memberikan kebebasan bagi kita (untuk menyebarkan agama
Allah Shubhanahu wa ta’alla), dan Allah Shubhanahu wa ta’alla akan
memberi kemenangan kita atas mereka. Apa yang membawa kalian untuk
memerangi mereka, kenapa tidak menghabiskan mereka?". Kemudian beliau
menjelaskan pada mereka yang menjadi kekhawatiranya atas mereka, beliau
berkata: "Sungguh demi Allah, saya khawatir atas kalian dua perkara,
kalian berkhianat dan kalian enggan untuk menasehati di dalam peperangan
ini".
Maka pada akhirnya mereka pun mendapat pertolongan dan kemenangan atas
orang-orang kafir dengan sebab kejujuran dan keikhlasan. Dengan penuh
percaya diri dan kemauan yang keras, kecintaan yang murni untuk Allah
Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya.
Pelajaran lain yang masih bisa kita petik; Bahwa kaum muslimin yang
bertauhid tidak mempunyai istilah putus asa, tidak pula terjepit pada
kalimat patah semangat sama sekali, selagi mereka mau berpegang teguh
dengan Allah Shubhanahu wa ta’alla dan mau bertawakal kepada -Nya, yang
mereka pahami bahwa yang namanya gelap malam pasti akan diiringi dengan
cerahnya cahaya pagi, kesusahan akan di akhiri dengan kesenangan,
kesulitan akan di gantikan dengan kemudahan.
Walaupun keadaan mereka berada dalam kesulitan yang luar biasa dan
kesulitan makanan yang mengitarinya, namun mereka dengan keimanannya
tetap naik menanjak, dan dengan rasa tawakalnya yang tinggi, terhadap
Rabbnya meraka bahagia.
Amr bin al-Ash pernah menulis surat dan mengirimnya kepada Umar yaitu
tatkla beliau mampu menaklukan al-Quds, salah satu isinya, mengabarkan
kepadanya tentang kemenangan yang di raih kaum muslimin dan meminta
pendapatnya berkaitan keadaan para panglima Romawi yang cerdik dan bisa
mengatasi musuh-musuhnya, dan mengabarkan bahwa mereka mempunyai pasukan
yang sangat besar di Palestina dan Ilia.
Maka Umar pun membalas suratnya dan mengatakan dengan kata-kata emas
yang menumbuhkan keimanan penuh dan percaya kepada Allah Azza wa jalla;
"Sungguh mereka (panglima Romawi) telah memulai peperangan ini melawan
para panglima Arab, maka lihatlah oleh kalian siapa yang akan mendapat
pertolongan Allah Shubhanahu wa ta’alla". Dan peperangan tersebut adalah
peperangan yang pada akhirnya Amr bin al-Ash mendapat pertolongan Allah
Shubhanahu wa ta’alla dan mampu mengalahkan mereka, dan dengan
kemenangan tersebut membuka jalan bagi kaum muslimin untuk menuju
Palestina.
Dan perlu di ketahui oleh umat Islam semuanya kalau Masjidil Aqsho itu
berada di bawah tangan parap penjajah dari kalangan kaum Salibis yang
iri dengan kaum muslimin kurang lebih selama Sembilan puluh dua tahun
lamanya sampai akhirnya dapat di taklukan kembali –segala puji bagi
Allah Shubhanahu wa ta’alla- melalui tangannya Sholahudin al-Ayubi
sehingga dengan keutamaan –Nya, agama Allah Shubhanahu wa ta’alla bisa
tegak kembali, bertawakal kepada -Nya dan merealisasikam ajaran tauhid
yang murni.
Manusia pun bergembira mendengar berita di taklukannya Baitul maqdis
yang membahagiakan tersebut, dengan sebab apa yang mereka lihat dari
adanya perubahan pada umat Islam, dan kembalinya mereka pada rasa
percaya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, -sampai berkata Ibnu
za-Zakki, beliau adalah seorang ulama- dia mengatakan: "Kemenanganmu
atas kota al-Halab –dia mengatakan kepada Sholahudin- dengan pedang pada
bulan Shofar memberi tanda akan datangnya kabar gembira segera di
taklukannya al-Quds di bulan Rajab yang akan datang".
Dirinya merasa begitu percaya akan kekuasaan Allah Shubhanahu wa ta’alla
dengan harapannya, maka dia mampu menguasai al-Quds pada bulan Rajab
tahun 583 H.
Kaum muslimin, Bertakwalah kalian kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan
tempuhlah jalan yang lurus dan mendapat petunjuk ini sehingga kalian
akan meraih kebahagian di dunia dan akhirat kelak.
Khutbah kedua
Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla atas segala kemurahan
-Nya, rasa syukur kita haturkan atas taufik dan nikmat-nikmat -Nya yang
sangat banyak sekali.
Saya bersaksi bahwasannya tidak ada ilah yang berhak di sembah melainkan
Allah Shubhanahu wa ta’alla semata tidak ada sekutu bagi -Nya, dan saya
juga bersaksi bahwasannya Sayyidina dan Nabi kita Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan Rasul -Nya, sholawat serta
salam dan keberkahan atasnya kita pintakan kepada -Nya, kepada keluarga
dan para sahabatnya. Amma Ba'du:
Kaum muslimin yang dirahmati Allah Ta'ala.
Saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada kalian semua agar
selalu bertakwa kepada Allah Azza wa jalla. Karena takwa merupakan
wasiat Allah Shubhanahu wa ta’alla bagi kaum terdahulu dan sekarang.
Kaum muslimin…
Sesungguhnya bahaya yang sedang mengancam umat Islam pada hari ini
adalah perselisihan di dalam tubuh umat serta terpecah belahnya barisan
kaum muslimin. Sedangkan nash-nash dari al-Qur'an dan Sunah secara
mutawatir, datang menunjukan wajibnya untuk bersatu di atas panji tauhid
dan ketakwaan, serta haramnya berpecah belah dan saling berselisih.
Ambillah pelajaran dari keadaan generasi pertama yang ada pada umat
Islam ini, di mana ketika mereka di hadapkan pada ujian dan kesulitan
maka mereka sangat bersemangat sekali untuk selalu bersatu dan berpegang
serta merapat kebarisan kaum muslimin.
Lihatlah salah seorang ulama muhaqiq lagi fakih ini, beliau bernama Ali
bin Thahir as-Sulami ad-Dimasqy Asy-Syami, beliau pernah menulis sebuah
risalah yang di tujukan kepada umat –setelah jatuhnya Baitul Maqdis
ketangan pasukan salib pada tahun 429 H- yang tertera di dalam kitabnya
'Al-Jihaad', ringkas isi risalah ini yaitu:
"Apabila para pemimpin kaum muslimin enggan untuk menggiring rasa saling
mendendamnya –seakan-akan perkataanya ini, ditujukan kepada para
pemimpin zaman kita sekarang-, maka sesungguhnya mereka masih di atas
watak jahiliyah yang tidak mencontoh kepada generasi pertama; tatkala di
dalam kesulitan maka rasa saling mendendam itu hendaknya di
hilangkan".
Maha Benar Allah Azza wa jalla tatkala berfirman:"Dan taatlah kepada
Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS al-Anfaal: 46).
Kemudian, ketahuilah bahwasannya Allah Shubhanahu wa ta’alla Jalla wa
'ala telah menyuruh kepada kita suatu perkara yang sangat agung, yaitu;
Bershalawat serta memberi salam kepada Nabi -Nya yang mulia.
Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam serta berkatilah Nabi dan
Rasul kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, Ya Allah, berilah
keridhoan -Mu pada Khulafaur Rasyidin serta para Imam yang mendapat
petunjuk, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, serta para Sahabat semuanya,
dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat
kelak, jadikanlah kami bersama golongan mereka, dengan kemurahan rahmat
dan kasih sayang -Mu, yang Maha Penyayang.
Ya Allah, berilah kemulian dan kejayaan kepada kaum muslimin dan agama
Islam, Ya Allah, kami serahkan kepada -Mu para musuh-musuh kaum
muslimin, Ya Allah, jangan jadikan mereka sebagai pemimpin, dan
jadikanlah generasi yang berikutnya mau mengambil pelajarannya.
Ya Allah, berilah taufik kepada kaum muslimin yang membawa kebaikan pada
urusan agama dan dunia mereka, Ya Allah, berilah mereka taufik
semuanya, yang membawa kebaikan pada agama dan dunianya.
Ya Allah, limpahkanlah taufik -Mu atas mereka agar mau bertauhid secara
murni, dan mengikuti sunnah, wahai Dzat yang mempunyai Kemuliaan dan
Ketinggian.
Ya Allah, berilah taufik kepada Pelayan dua tanah suci pada setiap perkara yang Engkau ridhoi dan cintai,
Ya Allah, jadikanlah orang yang memimpin kaum muslimin, orang terbaik di
antara mereka, wahai Dzat yang mempunyai Kemuliaan dan Ketinggian.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.
Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.
Ya Allah, Engkau adalah ilah yang tidak ada ilah yang berhak di sembah
selain Engkau, Engkau Maha Kaya sedangkan kami adalah orang miskin, ya
Allah, turunkanlah hujan kepada kami, turunkanlah hujan kepada kami,
turunkanlah hujan kepada kami.
Ya Allah, berilah hamba -Mu air, wahai Dzat yang mempunyai Kemuliaan dan Ketinggian.
Ya Allah, Yang Maha Kaya lagi Terpuji berilah kami hujan, ya Allah yang
maha kaya lagi terpuji berilah kami hujan, ya Allah, yang maha kaya lagi
terpuji berilah kami hujan, tidak ada kekayaan bagi kami melainkan atas
kemurahan -Mu, wahai Dzat yang mempunyai kemuliaan dan ketinggian, yang
maha pengasih.
Kaum Muslimin hamba-hamba Allah Shubhanahu wa ta’alla….
Banyaklah berdzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan khusyu.
0 comments:
Posting Komentar