Belajar dari Amerika tentang Agenda kaum Gay
19 Februari 2016
Seandainya masyarakat AS tetap dalam kondisi seperti tahun 1948, di mana masyarakat pasca perang dunia II itu sibuk bebenah dan tidak mudah panik secara moral, mungkin gerakan gay tidak akan sebesar dan seradikal saat ini..
pada masa itu, homoseksual adalah kata yang menunjuk pada "perbuatan", bukan "kelompok".. siapapun yang melakukan homoseksual (seks sejenis) hanya dipandang sebagai pelaku temporer dari perbuatan yang dianggap cabul dan menyimpang tersebut.. tapi tidak ada yang menganggapnya sebagai sesuatu yang menetap sehingga bisa dipandang sebagai sebuah "kelompok masyarakat dengan satu kecenderungan/preferensi seksual"..
tetapi kehadiran buku "Sexual Behavior in the Human Male" yang ditulis Alfred Kinsey pada tahun 1948 telah mengubah segalanya..
masyarakat AS dibuat gempar karena dalam buku setebal 888 halaman tersebut Kinsey merilis hasil penelitian mengenai perilaku seksual sebagian masyarakat AS (termasuk masturbasi, selingkuh, premarital sex, frekuensi orgasme, hingga adanya temuan tentang 10 persen responden yang sering melakukan seks sejenis / homoseksual)
dalam bukunya tersebut, Kinsey yang mendapat sebagian dana penelitian dari Yayasan Rockefeller, untuk pertama kalinya menggunakan istilah "orientasi seksual" ..di mana disebutkan bahwa orientasi seksual sejenis adalah sebab utama dari perilaku seksual sejenis (homoseksual) ..
Kinsey juga membuat sebuah tabel yg terkenal dengan istilah "skala Kinsey".. di mana ada kutub ekstrim seseorang itu sangat heteroseksual, dan di seberangnya ada kutub ekstrim homoseksual ..
***
kendati wilayah penelitian dan tempat asal responden Kinsey hanya mencakup wilayah sekitar Indiana, dan metode yang digunakan Kinsey untuk ukuran masa ini sangatlah sederhana, namun masyarakat AS yang gempar lantas merasa seolah2 hasil penelitian tersebut adalah cerminan dari "rusak"nya masyarakat AS secara keseluruhan..
karena buku Kinsey tersebut merupakan ranah bidang psikiatri, maka para psikiater AS merasa punya kewajiban moral untuk "membenahi" kelompok 10 persen ini .. yaitu kelompok yang menurut Kinsey adalah warga masyarakat dengan orientasi seksual sejenis (homoseksual) ..
maka, pada tahun 1952 untuk pertama kalinya Asosiasi Psikiater Amerika (American Psychiatrist Association / APA) menggelar pertemuan untuk merumuskan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) yaitu jenis2 penyakit kejiwaan.. pada pertemuan tersebut, untuk pertama kalinya homoseksual dimasukkan sebagai penyakit kejiwaan (mental illness) dalam DSM-1 ..
tentu saja hal ini membawa kegelisahan pada mereka yang sering melakukan aktivitas seksual sejenis.. pada masa itu belum ada kelompok gay yg resmi.. namun siapapun yang ketahuan keluarga atau masyarakat melakukan aktivitas homoseksual akan terancam dibawa ke psikiater untuk mendapat terapi yang lumayan "mengerikan".. antara lain disetrum penisnya dengan alat kejut listrik atau disuruh minum obat hormon yang sangat memualkan ..
***
pada tahun 1969, sebuah bar bernama Stonewall Inn di New York digrebek polisi karena merupakan tempat kumpul para pelaku homoseksual atau biasa disebut gay..
tak dinyana, para gay ini melawan.. sebagian dari mereka yang berkulit hitam terkenal sangat nekad .. sehingga perlawanan terhadap polisi itu berkembang menjadi kerusuhan kota yang terkenal dengan nama "Stonewall Riots".. sebagian kota New York sempat diduduki selama sehari oleh para gay dan pendukungnya ini..
sejak itu, kaum homoseksual AS menyadari pentingnya untuk menggalang kekuatan melalui sebuah organisasi untuk memperjuangkan hak-hak mereka..
Stonewall Riots adalah cikal bakal dari gerakan gay (gay movement) di AS..
***
target utama gerakan gay pada tahun 1970 adalah untuk mengubah pendirian dari para psikiater APA agar kaum homoseksual tidak dikategorikan sebagai penyandang gangguan kejiwaan.. karena pada pertemuan APA kedua untuk merumuskan DSM-2 pada tahun 1968, homoseksual masih dimasukkan dalam kategori kelainan seksual...
organisasi gay dan lesbian pada saat itu mulai berusaha untuk menjalin lobi dengan para psikiater APA.. namun, di sisi lain, mereka juga bersikap radikal dengan melakukan aksi-aksi provokatif dalam pertemuan tahunan APA th 1970 di San Fransisco yang membuat para psikiater merasa jeri.... selain berteriak2 di dalam gedung pertemuan, para aktivis NGLTF (National Gay and Lesbian Task Force) juga merebut mikropon dari peserta pertemuan yg akan mempresentasikan metode aversion (terapi dengan menggunakan alat kejut listrik)
pada tahun 1970 juga terkuak fakta bahwa sejumlah psikiater terkemuka APA seperti John Fryer, Judd Marmor dan Richard Green adalah homoseksual.. para psikiater gay ini mengaku sangat tertekan dengan sikap para sejawatnya di APA yang tidak pro homoseksual ..
pada tahun 1973, ketika berlangsung pertemuan APA di Hawaii untuk merumuskan DSM-3, para aktivis NGLTF seperti Frank Kameney dan Barbara Gittings berhasil membujuk ketua gugus tugas DSM-3 yaitu Robert Spitzer, untuk menerima masukan dari mereka.. selain Bob dan Barbara, juga hadir di arena pertemuan sekitar 30 aktivis militan NGLTF dengan gaya mereka yang provokatif ..
tidak jelas masukan seperti apa yang diperoleh Spitzer dari aktivis NGLTF, apakah bersifat ilmiah atau bukan, hanya disebutkan dalam buku karya Ronald Bayer, "Homosexuality and American Psychiatri: The Politics of Diagnosis" bahwa Spitzer saat itu membuat resume sebanyak 3 halaman yang diteruskan ke Majelis Kehormatan APA .. keputusan APA pada tahun 1973 tersebut sangat bersejarah: homoseksual akhirnya dihapus dari DSM, tidak lagi dianggap sebagai penyakit kejiwaan.. keputusan ini didukung oleh 58 persen angota APA yg hadir dalam pertemuan tersebut..
namun, sikap kontra oleh sebagian anggota APA akhirnya menempatkan SOD (sexual orientation disturbance) sebagai pengganti homoseksualitas dalam DSM-3 .. diagnosa SOD ini ditegakkan bagi homoseksual yang berada dalam konflik dengan orientasi seksualnya..
***
penempatan SOD dalam DSM-3 itu masih belum memuaskan bagi gerakan gay.. para psikiater gay dan pendukung gerakan gay terus mengungkap adanya kontroversi terhadap hal tersebut, sehingga pada tahun 1980 dilakukan revisi terhadap DSM-3 di mana homoseksual diganti menjadi homoseksual ego distonik ..
namun bukannya reda, status homoseksual ego distonik dalam DSM-3 Revisi ini malah makin memicu kontroversi yang lebih besar lagi.. sebagian para psikiater anggota APA yang mulai terbuka bahwa mereka adalah gay dan lesbian kemudian mulai memainkan peran yang lebih besar untuk membuat perubahan.. hasilnya, pada tahun 1987 komite APA setuju bahwa homoseksual ego distonik dihapuskan dari DSM-3-R ..
ini adalah tonggak bersejarah di mana terjadi depatologisasi homoseksualitas .. di mana homoseksual bukan lagi dianggap sebagai penyakit kejiwaan, kelainan seksual, atau apapun yang sejenisnya.. homoseksualitas oleh psikiatri (di AS) dianggap sepenuhnya normal seperti halnya heteroseksualitas ..
sejak itu, APA mulai menyatakan dukungan dan keberpihakannya yang jelas pada kaum homoseksual, dan menentang adanya diskriminasi akibat orientasi seksual kaum homoseksual.. antara lain menentang penolakan dari institusi militer terhadap homoseksual (1990), menentang semua jenis terapi oleh psikiater yang bertujuan mengubah orientasi seksual pasien (1991), mendukung hubungan sesama jenis (2000), mendukung adopsi anak untuk pasangan homoseksual (2002), dan mendukung sepenuhnya pernikahan sesama jenis (2005)
langkah APA ini diikuti oleh APsaA (American Psychoanalytic Association) dengan langkah2 serupa di atas yang mendukung hak2 kaum gay..
hasil lobi APA dan APsaA pada tahun 1992 WHO (World Health Organisation) juga dengan ICD-10 menyatakan menghapus homoseksualitas dari daftar penyakit jiwa, dan menjadikan 17 Mei sebagai International Day Against Homophobia oleh komunitas gay di seluruh dunia..
meski demikian, sebagian psikiater anggota APA yang kecewa dengan kebijakan APA yang sangat pro kelompok gay, kemudian pada tahun 1992 mendirikan NARTH (National Association for Research and Therapy)
***
muncul pertanyaan, apakah perubahan sikap APA itu didasarkan pada kajian ilmiah ataukah karena akibat tekanan dari aktivis gerakan gay?..
menurut para aktivis NGLTF Kay Lahusen dan Barbara Gittings, keputusan APA pada tahun 1973 tersebut sepenuhnya adalah politis, sebagai buah dari hasil kerja para aktivis yg melobi dan menekan para psikiater APA saat itu...
“This was always more of a political decision than a medical decision" tandas Kay Lahusen dalam buku mereka "Making History" ..
memang, gerakan gay di AS hingga saat ini dapat dikatakan sangat berhasil.. mengingat fakta bahwa lembaga berpengaruh seperti APA yang semula menempatkan mereka sebagai pesakitan, kemudian bisa berubah menjadi pendukung utama gerakan mereka hingga saat ini.. bahkan gerakan gay ini juga didukung oleh WHO /PBB yang mengatasnamakan hak dan kesetaraan bagi kaum gay ..
namun, bukan berarti tak ada tentangan yang kuat dari masyarakat AS terhadap gerakan gay ini ..
salah satu penentang yang paling vokal adalah Anita Bryant yang pada tahun 1977 tampil meneriakkan perlawanan pada kaum gay.. Bryant yang pernah menjadi finalis ratu kecantikan, bintang film iklan, dan model majalah keluarga terkenal Good Housekeeping, sering mengadakan konperensi pers untuk mengemukakan sikapnya .. antara lain ia mengeritik kebijakan pemerintah wilayah Dade Florida yang saat itu mengesahkan hak kaum gay untuk menjadi guru..
menghadapi simbol moral seperti Bryant, yang menampilkan dirinya sebagai ibu rumah tangga ideal, aktivis gerakan gay bukannya mundur.. mereka sering mempermalukan Bryant dengan istilah2 buruk di media massa, bahkan pada salah satu acara konperensi pers seorang aktivis melempatkan pie tepat ke wajah Bryant..
Bryant yang sering tampil meradang akhirnya mendapat citra buruk di media massa .. sehingga perusahaan jus jeruk yg menggunakan ia sebagai model di TV kemudian memutus kontrak.. Bryant pun bangkrut dan ia bercerai dari suaminya..
***
di lain pihak, kaum beragama Konservatif di AS dan kelompok pro keluarga dan perlindungan anak kemudian menunjukkan dukungan mereka kepada para psikiater yang bergabung di NARTH..
karena para psikiater yg bergabung di APA telah dilarang untuk melakukan terapi bagi pasien gay yang ingin mengubah orientasi seksualnya, maka banyak keluarga yang mengirim kerabat mereka ke psikiater NARTH ..
para pasien NARTH yang berhasil beralih ke kehidupan heteroseksual (menikah dan punya anak) banyak di antaranya yang kemudian bergabung ke organisasi ex gay bernama "Exodus" , dengan ketuanya yang terkenal yaitu Alan Chambers, yang juga seorang ex gay..
Exodus berafiliasi dengan organisasi keagamaan di AS, berseberangan dengan komunitas kaum gay AS dan para psikiater gay di APA yang umumnya memilih menjadi agnostik atau atheis ..
selain Exodus, NARTH juga berafiliasi dengan organisasi Parents and Friends of Ex Gay (PFOX), American Family Association, Focus on Family, Voice of the Voiceless dan yang lainnya..
***
sejak tahun 1992 itu pula gerakan gay merumuskan paradigma baru bahwa homoseksual sebagai orientasi seksual tidak bisa diubah dan bahwa homoseksual adalah hal yang alamiah sejak lahir, karena itu semua upaya untuk mengubah orientasi seksual itu harus dilarang..
adalah Simon LeVay, ahli neuro sains yang berpendapat bahwa struktur otak kaum gay sudah terbentuk sejak lahir dan bersifat khusus, berbeda dari yang heteroseksual.. LeVay pada tahun 1992 mendirikan Institute of Gay and Lesbian Education....
selain itu, kaum gay juga sedang mencari dukungan dari bidang genetika, yang berusaha membuktikan adanya gen penyebab homoseksualitas (gay gene) ..sayangnya hingga hari ini belum ada bukti nyata dari teori tersebut..
***
pada tahun 2001 ada kejadian yang sangat menarik, ketika Prof Robert Spitzer (yang pada tahun 1973 mendorong agar homoseksualitas dihapus dari DSM-3) melakukan sebuah penelitian terhadap 200 responden ex gay..
dari penelitiannya tersebut, Spitzer menyimpulkan bahwa upaya terapi untuk mengubah orientasi seksual gay bisa berhasil pada pasien gay yang memiliki "motivasi yang tinggi" (highly motivated people).. motivasi yang tinggi di sini oleh Spitzer secara spesifik disebutkan adalah mereka yang "memiliki komitmen kuat terhadap agama (religious people)"..
kontan saja para psikiater APA mengeritik hasil penelitian oleh Spitzer tersebut.. kritik paling utama adalah bahwa responden yang dipilih Spitzer adalah "tidak representatif" dan "tidak mewakili realitas komunitas kaum gay (yang umumya atheis)" karena para responden tersebut umumya (23 persen) berasal dari NARTH dan Exodus, yang menjadi "seteru" APA dalam isu homoseksual..
Spitzer yang mengakui bahwa dirinya adalah "Yahudi yang atheis" berkeras di depan pers bahwa ia yakin para responden yang ditelitinya itu memang berkata jujur..
namun hingga pensiun pada tahun 2003, Spitzer tidak pernah merilis penelitian tersebut..
pada tahun 2009, APA mengeluarkan resolusi yang menyatakan bahwa tidak ditemukan bukti pendukung dalam intervensi psikologis untuk mengubah orientasi seksual, juga metode terapi untuk mengubah orientasi seksual itu diragukan keilmiahannya ..
menurut para psikiater yang dijadikan referensi oleh APA, terjadinya problem kesehatan jiwa pada kaum gay adalah disebabkan oleh nilai2 budaya dan faktor lingkungan sosial yang menolak keberadaan mereka .. sikap homophobia dan diskriminasi oleh lingkungan adalah hal2 yang menyebabkan gangguan kejiwaan pada kau homoseksual sehingga banyak yang mengalami depresi bahkan ingin bunuh diri ..
jadi, singkatnya, kalau Spitzer melalui hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa seorang homoseksual dapat "disembuhkan" atau hidup normal secara heteroseksual dengan mengikuti nilai2 yang bisa mendorong motivasi yang kuat baginya untuk berubah, dalam hal ini adalah komitmen pada nilai2 agama..
sebaliknya, menurut APA, bukan si homoseksual yang mesti berubah atau berusaha mengubah diri, melainkan lingkungan lah yang harus menerima mereka apa adanya, mengakui hak2 mereka dan tidak mendiskriminasi mereka .. konsep ini sangat cocok bagi komunitas gay yang didukung APA yang umumnya adalah atheis dan agnostik, di mana mereka tidak mengenal/meyakini konsep dosa.. jika tidak percaya bahwa homoseksual adalah dosa, mengapa mereka harus berubah?.. kira2 begitulah paradigmanya..
***
pada tahun 2011, muncul tulisan dari Gabriel Arana, seorang redaktur di media khusus gay, yang mengaku pernah jadi pasien Joseph Nicolosi (pendiri NARTH) saat dia remaja usia 14 tahun pada tahun 1998 ..
Arana mengisahkan bahwa dia menjalani serangkaian terapi percakapan, baik tatap muka maupun telpon, dengan Nicolosi yang tinggal di lain kota, selama beberapa bulan.. dan terapi itu berakhir ketika orangtuanya tidak mau lagi membayar biaya terapi karena Arana kepergok sedang melakukan kegiatan homoseksual dengan seorang remaja lelaki lain di gudang sekolah.. sebelumya, Arana disuruh ikut terapi karena sang ibu memergoki email berbau porno yang dikirim Arana pada teman lelakinya..
selain mengungkapkan bahwa terapi Nicolosi telah gagal pada dirinya, Arana juga mengungkap bahwa tekanan orangtuanya yang homofobia setelah terapi yang gagal itu sempat mmbuatnya ingin bunuh diri.. namun menurut Arana, sang Ayah kemudian berkata," Aku lebih baik punya anak gay, daripada dia mati bunuh diri.." ...sikap orangtuanya ini membuat Arana sangat lega..
Arana dalam artikelnya juga mengisahkan bahwa ia menemui Spitzer yang saat itu menderita Parkinson.. menurut Arana, ketika Spitzer ditanya tentang kritik2 terhadap hasil penelitiannya itu, sang profesor menjawab bahwa kritik2 itu sebagian besar benar (largely correct) .. Arana juga mengatakan bahwa Spitzer berniat menganulir penelitian tersebut ..
jadi, dalam satu artikel Arana tidak hanya memukul Nicolosi (NARTH) tetapi juga menjatuhkan hasil penelitian Spitzer melalui kata2 Spitzer sendiri.. ibaratnya, dua orang profesor bidang psikiatri berpengaruh dari Columbia University telah dirobohkan oleh Arana dalam sekali tepukan ..
banyak pihak yang meragukan niat Spitzer tersebut karena cukup aneh bahwa Spitzer membuat pernyataan akan menarik penelitiannya kepada seorang reporter muda, bukan dalam sebuah forum ilmiah..
namun, sebuah blog dari seorang bernama Zucker yang konon merupakan kolega dari Spitzer, kemudian memuat surat "permintaan maaf" oleh Spitzer yang mengaku telah mengkhianati harapan dan keyakinan kaum gay dan bahwa penelitiannya tersebut bias .. lagi2 publik sulit mendapat konfirmasi langsung dari Spitzer, karena saat itu Spitzer terganggu kemampuan gerak dan bicaranya akibat Parkinson.. hingga meninggalnya Spitzer pada 25 Desember 2015, tidak ada konfirmasi lebih lanjut dari profesor tersebut..
***
sejak 2009 itu, seolah semesta "berpihak" pada gerakan gay ..
seperti sebuah efek domino, musuh kaum gay di AS pun roboh satu-per satu..
tanpa alasan jelas, pada tahun 2013, Alan Chambers, ketua Exodus menyatakan bahwa organisasi tersebut dibubarkan.. situs resmi Exodus ditutup tanpa ada penjelasan yang memadai dari pengelolanya..
tak hanya itu, seorang jubir dari PFOX pun "membelot" setelah membuat pernyataan publik bahwa dia tidak nyaman dengan lingkungan keagamaan tempat PFOX berafiliasi, karena orang2nya korup.. selain itu dia juga mengungkap bahwa terapi yang ia jalani di sebuah gereja mmbuatnya pernah sangat depresi, walaupun kemudian ia menikah dengan seorang pria selama beberapa tahun..
kini, tinggal NARTH dan organisasi pendukung seperti PFOX dan organisasi pro keluarga dan perlindungan anak yang terus menyuarakan bahwa gay/homoseksual bukanlah bawaan lahir dan bisa diubah atau disembuhkan (cureable and treatable) ..
namun, Nicolosi dan kawan2nya seolah sedang berkejaran dengan APA dan gerakan gay yang mentargetkan agar conversion therapy dilarang di seluruh AS, bahkan di seluruh dunia (melalui kebijakan WHO) ... sejumlah negara bagian di AS kini mulai melarang praktek Conversion Therapy tersebut..
***
jadi, paradigma bahwa homoseksual adalah sesuatu yang "given" (nature) dan bahwa itu tidak dapat diubah, seolah menancap makin kuat .. bahkan sebelum ada teori di bidang genetika yang mendukung teori tersebut..
contoh keanehan lainnya, tiba2 "terkuak" bahwa Sigmund Freud, Bapak Psikoanalisa yang tinggal di Wina, pada tahun 1935 pernah menulis surat pada seorang "ibu Amerika" yang minta pendapatnya tentang anaknya yang homoseksual .. dalam surat itu Feud menyatakan bahwa "homoseksualitas tidak dapat diubah" dan bukan merupakan hal yang memalukan, karena orang2 besar seperti Michelangelo, Plato dan Leonardo da Vinci adalah homoseksual..
"surat Freud" tersebut dipamerkan di Institut Sexologi, London pada November 2014 hingga September 2015, saat di mana AS merayakan pengesahan atas pernikahan sejenis, yang dianggap kemenangan besar kaum gay.. tidak pernah sebelumnya, terbetik berita tentang karya atau pikiran Freud dalam sejarah yang mengutip tentang homoseksualitas ini.. hanya surat itu sajalah yang menunjukkan hal tersebut..
***
pelajaran apa yang kita dapat dari kisah di atas?
1) APA dan komunitas gay AS sedang dan akan terus memperjuangkan agar resolusi APA berlaku di seluruh AS dan seluruh negara anggota PBB
2) kaum beragama dan perlindungan hak anak dan keluarga di Indonesia jangan terpancing untuk melakukan kekerasan terhadap gerakan pro homoseksual .. jangan sampai ada kerusuhan seperti Stonewall Riots tahun 1969 yang mendorong kaum gay untuk bangkit dan "playing victim".. jika sampai ada korban di antara mereka, PBB bisa menekan Indonesia atas nama HAM..
3) waspada pada tanggal 17 Mei akan ada peringatan besar2an Hari Anti Homofobia Internasional .. jangan sampai ada kerusuhan seperti Stonewall Riots ..
4) psikolog dan psikiater Indonesia harus mulai merumuskan apa yang terbaik bagi masyarakat Indonesia..apakah memilih untuk mengubah masyarakat agar menjadi bersikap permisif pada kampanye yang mendukung perilaku kegiatan homoseksual? ataukah merumuskan sikap mereka sesuai nilai2 pada Pancasila..
pada saatnya nanti, para psikiater Indonesia akan berada di persimpangan jalan seperti halnya APA.. mungkin akan terjadi pertarungan sengit antara psikiater relijius dan psikiater sekuler..??
5) para pegiat pendampingan kaum homoseksual yang atas kehendak sendiri minta bantuan terapi, mesti hati2 agar tidak terjebak seperti Exodus yang kemudian bubar.. para ex gay yang telah beralih ke kehidupan heteroseksual adalah sosok teladan yang sangat berharga, sehingga jangan sampai jadi pukulan balik bagi para psikiater yang telah melakukan terapi tersebut.. (seperti jurkam PFOX yang membelot itu)
6) akhirnya, karena sebagai warga negara kita harus hidup berdampingan dengan mereka, para homoseksual yang tidak ingin berubah dan ingin haknya diakui (untuk hidup sesuai norma yang diyakini tanpa tentangan dan diskiminasi dari masyarakat) mungkin kita mesti belajar untuk tidak terlalu sensi dan reaktif.. perubahan mungkin akan terjadi, tapi kalau kita sudah tahu ke mana arahnya, mungkin kita bisa lebih menyiapkan diri..
links pendukung:
oleh Nunik Iswardhani
http://www.boxturtlebulletin.com/Articles/000,024.htm
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar