Ada dua poin perbedaan mendasar antara islam dan nasarani yang sangat perlu di kaji untuk menemukan kebenaran dan perdamaian yang sempurna.Masing-masing dari dua agama ini pada dasarnya merujuk pada satu sumber yang sama.Dengan demikian semestinya tidak perlu muncul perselisihan di antara keduanya.Kedua agama agung ini sama-sama mempercayai eksistensi Allah dan adanya perjanjian yang di lakukan Allah dengan Ibrahim.
Berkenaan dengan dua poin berikut ini seharusnya di capai kesepakatan akhir antar pemeluk agama yang menyikapi agama mereka dengan sikap rasional.Poin pertama,kita memilih apakah kita akan meyakini tuhan yang berbilang atau tuhan mahatunggal yang tidak ada duanya? Poinkedua,siapa sebenarnya yang di maksud oleh Perjanjian Tuhan (Divine Conveant),Isa atau Muhammad ? kedua pertanyaan inilah yang harus di temukan jawaban akhirnya.
Pertama,sia-sia saja jika kita berusaha mendekat sebagian orang yang karena kebodohan mereka,berani menyatakan bahwa tuhan dalam Islam bukanlah Tuhan yang sebenarnya.Mereka menganggap Tuhan dalam Nasrani (Aramaic),bukan dalam bentuk terjemahan,sebagaimana umat Islam mengetahui isi Al Quran dalam teks asali berbahasa arab,tentu akan lebih jelas baginya mereka bahwa lafal”Allah” merupakan nama agung kuno untuk Dzat Mahatinggi yang mengutus Adam dan semua Rasul setelahnya.
Allah adalah Dzat yang Mahatunggal,Mahaada dengan Dzatnya,Maha meliputi segala sesuatu.Dialah yang menjadi sumber semua bentuk kehidupan,pengetahuan,dan energi.Dialah yang Maha Mencipta,Maha Esa,Maha Mengatur,dan Maha memperjalankan jagad Raya ini.
Esensi dan bentuk Dzat Tuhan jelas berada di tas pengetahuan dan kemampuan manusia.Usaha apa pun yang di lakukan untuk mengetahui esensinya bukan hanya akan sia-sia belaka,tetapi juga akan berbahaya bagi penghambaan (ibadah) dan keimanan seseorang serta pasti menyeretnya ke arah keseesatan.
Selama 17 abad,aliran Nasrani Trinitarian telah menguras pemikiran para pendeta dan para filsufnya untuk terus mencari definisi serta identitas Dzat Tuhan.Namun,apa yang dapat mereka capai? Para pengikut Athanasius,Augustine,dan Thomas Aquinas telh mewajibkan para pemeluk Nasrani dibawah ancaman sebuah kutukan abadi untuk meyakini doktrin Trinitas dan mengakui bahwa Allah adalah “yang ketiga dari tiga bagian tinitas”Berkenaan dengan hal ini,Allah berfirman dalam alquran.
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS al maidah[5]:73)
Para ulama enggan berusaha mendefinisikan esensu ketuhanan karena esensinya melampui segala sifat yang dapat di gunakan untuk mendefenisikannya.
Allah memiliki banyak nama yang berkaitan dengan sifat-sifatnya serta dianmbil dari bukti-bukti penciptaan du jagad raya yang dia ciptakan sendirian ini.Kita dapat berdoa kepada Allah dengan nama-namanya:al-Qodir(Mahakuasa),al Baqi(Maha kekal),al-Hayya(Mahahidup),al-Qattum(Maha mengurus makhluknya),al-alim(Maha mengetahui),ar-Rahim(Maha penyayang,dan sebagainya.
Ketika salah satu sifat tersebut dinisbahkan kepada seseorang maka sifat orang tersebut menjadi relatif.Sebab,ia tidak menjadi sifat unik yang hanya dimiliki oleh satu orang.
Singkatnya,setiap fa’al(tindakan) Allah merupakan salah satu jenis pengejewantahan dan sifat yang khusus bagi dia,walaupun fa’al tersebut tidak dapat di anggap sebagai esensinya.Sementara itu,umat kristen justru mencampuradukan sifat-sifat Tuhan dengan esensi ketuhanan.Contohnya ketika mereka menjadikan sang maha pencipta sebagai Tuhan bapa;menjadikan kalimat-nya sebagai Tuhan Putra;meyakini bahwa ketika Allah meniupkan roh kedalam jasad makhluk-nya maka roh itu dapat disebut sebagai roh kudus.
Orang-orang Nasrani itu alpha bahwa secara logis,Allah tudak mungkin menjadi “Bapa” sebelum adanya makhluk,tidak mungkin menjadi “Putra” sebelum dia mengeluarkan kalimat-nya,dan tidak dapat menjadi “Roh kudus” sebelum dia memberi kehidupan kepada makhluk-nya.
Sifat-sifat Allah sebenarnya sama sekali bukan dalam bentuk personifikasi yang berdiri sendiri dan mandiri.Sebab ,jika demikian maka dia tidak bisa dianggap sebagai tiga bagian saja,tetapi akan muncul puluhan bentuk trinitas lainya.
Orang-orang Nasrani meyakini bahwa kalimatullah (firman Allah) adlah personifikasi Tuhan yang berdiri sendiri,padahal firman Allah hanya sebagai”media penyampaian”(ta’bir) dari pengetahuan dan kehendaknya-nya.Karena itulah Kitab suci al-Quran di sebut sebagai”firman Allah” sebagaimana di dalam al-Quran penamaan seperti itu juga pernah ditujukan kepada Isa:di dalam firmannya” ….sebuah kalimat(firman) dari-nya…,(QS.Ali’Imran[3]:45).
Akan menjadi kesesatan ketika kita menganggap bahwa kalimatullah (firman Allah) adalah personifikasi yang berdiri sendiri: menyangka kalimatullah itu mewujud jadi daging untuk kemudian muncul dalam bentuk seorang laki-laki dari Nazaret; atau dalam bentuk kitab,yang pertama disebut “Isa al-Masih” dan yang kedua di sebut “al Qura’an”.
Kalimat pertamanya yang terdapat di dalam Injil Yohanes menjadi ayat yang paling banyak diperdebatkan oleh para penulis Unitarian, hingga akhirnyamereka berpendapat bahwa bacaan yang benar dari bagian tersebut sebagai berikut,
“Pada mulanya adalah firman,firman itu bersama Allah,dan firman itu adalah firman Allah(…the word was God’s)”
Kata God’s berarti ‘firman Allah’ yang dalam bahasa Yunani disebut dengan kata Theou.Tetapi kemudian kata Theou ini disimpangkan menjadi Teos yang berarti ‘Allah’.Dari ungkapan “Pada mulanya adalah firman…” dapat dilihat bahwa “firman” tidak bisa ada sebelum ada permulaan.Ungkapan “firman Allah”(kalimatullah) juga tidak dimaksudkan bahwa ia adalah sebuah substansi yang mandiri,terpisah,dan hidup berdampingan bersama Allah.Akan tetapi ia hanyalah sebagai”media penyampaian” (ta’bir) bagi pengetahuan dan berkehendak Allah ketika Dia berfirman”jadilah!” (kun) maka jadi.Ketika Allah berkehendak untuk mencipta maka cukup bagi-nya untuk “melontarkan” kata perintah “jadilah” (kun).
Yang paling mengejutkan adalah ungkapan khas Nasrani”Dengan nama Bapa,Putra,dan Roh Kudus” sama sekali tidak menyebutkan nama Allah.Padahal ketiga oknum itulah yang di anggap Tuhan oleh kaum Nasrani.Oleh sebab itu ,ungkapan al Qur’an yang menggunakan kalimat”Bismillahirrahmanirrahim”(dengan menyebut nama Allah,Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang),jelas secara frontal menjadi bantahan terhadap ungkapan khas Nasrani tersebut.Ungkapan basmalah tadi jelas mengungkapan fondasi paling esensial dalam agama Islam.
Ungkapan Trinitas bagi umat Nasrani jelas tidak dapat dianggap sebagai pengertian Tuhan yang benar.Sebab,ungkapan tersebut telah mengukuhkan berbilangnya oknum Tuhan yang masing-masing dianggap sebagai satu oknum yang terpisah dalam bentuk sangat serupa dengan anggota satu keluarga sebagaimana banyak terdapat di dalam kisah-kisah pagan.
Allah jelas bukan “Bapa”dari “sang putra”,sebagaimana dia juga bukan “putra” bagi “si bapa” yang sekaligus tidak memiliki ibu.Dia bersifat kekal (azaliy) yang tidak dimiliki awal dan tidak memiliki akhir.jadi keyakinan akan keberadaan Tuhan Bapa,Tuhan Putra,dan Roh Kudus,jelas merupakan kekufuran terhadap keesan Allah.Sebab, hal itu menjadi pengakuan terhadap keberadaan tiga oknum yang tidak sempurna sehingga tidak mungkin menjadi Tuhan yang hakiki,baik ketiga oknum tersebut saling terpisah maupun bersatu padu.
Orang-orang yang mengakui keesaan Tuhan dalam wujud tiga oknum,biasanya berkata bahwa sebenarnya masing-masing oknum dari ketiga oknum tersebut adalah satu ,Tuhan Yang Maha Kuasa,Maha kekal ,dan Maha sempurna.Yang ada hanyalah satu Tuhan yang Mahakuasa,dan seterusnya.jadi kekeliruan memang jelas nampak dalam logika berpikir seperti ini.
Misteri yang di keluarkan oleh gereja dapat disimpulkan dalam persamaan berikut.
Satu Tuhan=satu Tuhan+satu Tuhan+satu Tuhan.Oleh sebab itu: satu Tuhan=tiga Tuhan.
Pertama:tidak mungkin satu Tuhan sama dengan tiga Tuhan.
Kedua:ketika anda menerima bahwa satu oknum Tuhan yang “Maha sempurna” sama dengan sekutunya,maka kesimpulan bahwa 1=1+1+1 bukan hanya menjadi bukti kesesatan saja,tetapi merupakan sebuah kedunguan yang melampui batas.
Sangat bodoh jika kita berusaha memecahkan satu kesalahan dari sebuah masalah dengan menggunakan cara yang salah.
----------------------------------------------------------------
0 comments:
Posting Komentar