Revival Of Islamic Faith Foundation
News Update :

Kajian

Bantahan

Fiqih

Mukjizat Al Quran dan Keajaiban Proses Terciptanya Awan

24 Mei 2013





Awan yang terdapat di langit, pada mulanya terbentuk dari air yang berada di permukaan bumi yang mengalami penguapan. Setelah terbentuk, awan ini digiring oleh angin dari tempat penguapannya ke tempat pengendapannya atau ketempat di mana ia akan dicurahkan sebagai hujan.
 
Kecepatan angin yang menggiring awan lebih cepat dari awan itu sendiri. Angin ini berfungsi untuk mengumpulkan gumpalan-gumpalan awan yang satu dengan yang lainnya sehingga terhimpun di satu wilayah tertentu di kawasan atmosfir bumi. Di mana di tempat ini terdapat arus udara yang menekannya dari arah bawah gumpalan awan tersebut, dan terdapat butiran-butiran es dari arah atas dan bulir-bulir air dari bawahnya.
 
Awan yang telah terhimpun di suatu tempat, tidak hanya terhimpun karena proses pertemuan antara beberapa gumpalan awan yang dibawa oleh angin. Namun hal itu juga disebabkan arus dan aliran listrik yang terdapat pada awan-awan tersebut, baik arus positif maupun arus negatif, di mana pertemuan kedua arus, mengakibatkan percikan listrik yang berpengaruh pada awan.
 
Proses terhimpunnya awan ini terbentuk dalam pola yang menumpuk, di mana awan yang telah terkumpul, masih terus ditambahi oleh awan yang berikutnya. Dan berdasarkan penelitian para ilmuwan, penumpukan awan ini berbentuk seperti gunung, di mana pada bagian bawah lebih luas daerahnya dan bagian atas lebih menyempit.
 
Pergesekan yang terjadi antara himpunan awan yang berbeda-beda dengan kilat sebagai percikan listrik mengakibatkan terjadinya suara halilintar yang menggelegar dan mengguncangkan siapa saja yang dekat dengan tempat kejadiannya, sebagai akibat dari gelombang suara yang memiliki tingkat frekwensi yang sangat tinggi. Suara halilintar ini sering terjadi, sambil mengiringi jatuhnya air hujan ke bumi.


 
Demikianlah proses terjadinya awan, halilintar dan hujan. Hakikat ilmiah ini, tidak diketahui secara pasti dan detail, kecuali setelah kemajuan pesat dalam bidang penelitian luar angkasa dan ilmu meteorologi. 
 
Padahal Al-Qur'an sendiri, sejak 14 abad yang lalu, telah memberikan petunjuknya berkaitan dengan fenomena alam ini, dalam surah An-Nur ayat 43. Allah SWT berfirman:
"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan."
 
Dari ayat di atas, kita mendapatkan Al-Qur'an telah menjelaskan proses terciptanya awan dan proses pengumpulan awan-awan yang kecil sehingga menjadi gumpalan awan yang besar. Sebagaimana, ia juga menjelaskan tentang akibat dari himpunan gumpalan awan tersebut, yaitu terjadinya kilat dan halilintar dan bentuk dari gumpalan awan tersebut, yang berbentuk seperti gunung.

Sebagaimana firman Allah SWT: "dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung"(rol/DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal/Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Al-Qur'an dan Sunna

Proses Penuaan, Antara Sunnah dan Keterbatasan Sains




Penuaan merupakan proses biologis disebabkan karena sel-sel hidup sudah tidak ada lagi, dan dapat mengakibatkan sel-sel tersebut tidak berfungsi secara optimal akibat penumpukan unsur-unsur yang hilang. Hal ini akan mengakibatkan kematian karena sulit menghilangkan pengaruh unsur-unsur ini.
 
Akan tetapi bisa menghindari kemungkinan negatif pada sel di saat tua melalui pengaktifan sel untuk membersihkan sel-sel dari unsur-unsur yang merugikan tatkala pembentukan awal, juga guna menjaga stabilitas akfitas sel.
 
Para pakar psikologi dan kimia berusaha untuk menciptakan unsur-unsur penawar yang dapat mencegah keseimbangan sel dengan cara membersihkan sel dari sisa-sisa asimilasi. Serta mereka mengharapkan mampu menciptakan obat yang menjaga sel dari sebab-sebab penuaan.
 
Dan mereka belum menyakini proses penyembuhan penuaan sel serta pencegahannya kecuali setelah kemajuan ilmu pengetahuan dan munculnya ilmu tentang sel dengan segala permasalahan dan teknologinya. 
 
Akan tetapi Rasulullah SAW telah menuturkan hal tersebut melalui sabdanya,
"Carilah obat wahai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak memberikan satu penyakit pun melainkan Dia telah memberikan penawar (obat) kecuali penyakit pikun." (HR Bukhari
 
Dan yang dimaksud dengan penyakit pada hadits ini adalah kondisi kurang fit, dan tak ada satu obat pun yang mampu menyembuhkan penyakit penuaan. Yang demikian merupakan batasan waktu untuk penggunaan obat.  (rol/DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal/Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Alquran dan Sunnah)

Manfaat Rasa Lapar

22 Mei 2013


Ibnu Abi ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Muhammad bin Wasi’ rahimahullah bahwa dia berkata, “Siapa yang sedikit makannya dia akan bisa memahami, membuat orang lain paham, bersih, dan lembut. Sungguh, banyak makan akan memberati seseorang dari hal-hal yang dia inginkan.”

Diriwayatkan dari Utsman bin Zaidah rahimahullah, dia berkata bahwa Sufyan ats-Tsauri rahimahullah mengirim surat kepadanya (di antara isinya), “Apabila engkau ingin tubuhmu sehat dan tidurmu sedikit, kurangilah makan.”

Diriwayatkan dari Ibrahim bin Adham rahimahullah, “Siapa yang menjaga perutnya, dia bisa menjaga agamanya. Siapa yang bisa menguasai rasa laparnya, dia akan menguasai akhlak yang terpuji. Sungguh, kemaksiatan akan jauh dari orang yang lapar, dekat dengan orang yang kenyang. Rasa kenyang akan mematikan hati. Akan muncul pula darinya rasa senang, sombong, dan tawa.”

Diriwayatkan dari Abu Sulaiman ad-Darani rahimahullah, “Jika jiwa merasakan lapar dan dahaga, kalbu akan bersih dan lembut. Jika jiwa merasakan kenyang dan puas minum, kalbu menjadi buta.”
Diriwayatkan pula dari asy-Syafi’i rahimahullah, “… Rasa kenyang akan memberati badan, menghilangkan kewaspadaan, mendatangkan rasa kantuk, dan melemahkan pemiliknya dari beribadah.”
(Jami’ al-Ulum wal Hikam, hlm. 576-577)

Sains Membuktikan, Hewan Saat Disembelih Tidak Merasa Kesakitan






Penyembelihan hewan dengan cara Islami terlihat penuh darah dan mengerikan. Beberapa mengatakan cara seperti ini tidak manusiawi dan sadis. Tapi penelitian membuktikan, cara membunuh seperti ini justru yang paling baik untuk hewan.

Dalam laporan hasil penelitian yang dilansir Islamweb.net, disebutkan hewan tidak merasakan rasa sakit saat disembelih. Ketika urat nadi yang terletak di bagian depan tenggorokan digorok, hewan akan segera kehilangan kesadaran, sehingga tidak mungkin merasakan sakit.

Soal gerakan kejang-kejang yang umumnya terjadi saat hewan disembelih, menurut studi, bukan wujud rasa sakit. Dijelaskan, saat pembuluh darah putus, otak tidak lagi menerima aliran darah, tapi otak besar masih tetap hidup, sistem saraf di belakang leher juga masih terkait dengan semua sistem tubuh.

Akibatnya, sistem saraf mengirimkan sinyal ke jantung, otot, usus dan seluruh sel tubuh untuk mengirim darah ke otak besar. Pengiriman darah ke otak besar inilah yang membuat pergerakan sporadis saat hewan disembelih.

Darah yang mengalir ke otak besar ke luar melalui lubang sembelihan di leher. Hewan mati ketika darahnya habis. Seluruh rasa sakit tidak dirasakan lagi, karena hewan hilang kesadaran ketika urat nadinya putus.

Berbeda dengan mematikan hewan dengan cara lain, misalnya dipukul atau dicekik. Saat dicekik hewan bisa mengalami kesakitan akibat pusing yang hebat karena darah tidak bisa mencapai otak.

Jika dipukul, hewan mati dengan darah masih dalam tubuh. Hal ini menyebabkan membran yang melapisi usus besar kehilangan kemampuan mempertahankan bakteri. Dengan demikian, bakteri menembus tubuh hewan, berkembang dalam darah dan menyebar ke seluruh daging.

Pengukuran Ilmiah Profesor Schultz dan rekannya, Dr Hazim, dari Universitas Hanover, Jerman, juga memperkuat metode penyembelihan lebih aman dibanding metode pemukulan, melalui eksperimen.

Dua peneliti itu menggunakan alat electroencephalograp (EEG) dan elektrokardiogram (EKG) untuk menguji dua metode penjagalan hewan. Caranya dengan menanamkan beberapa elektroda di berbagai tengkorak hewan bahkan sampai ke permukaan otak. Sepanjang uji coba dua alat itu merekam kondisi otak dan jantung pada dua metode itu.

Hasilnya, untuk metode penyembelihan, tiga detik setelah disembelih, EEG tidak menunjukkan perubahan grafik dari saat sebelum disembelih. Ini menunjukkan hewan tidak merasakan sakit selama saat itu.

Lantas, tiga detik berikutnya, EEG mencatat hewan dalam kondisi tak sadarkan diri akibat darah yang terkuras. Setelah enam detik, EEG mencatat level nol, penanda hewan tidak merasakan sakit apapun.

Sementara EEG turun ke level nol, jantung hewan masih berdebar dan tubuh kejang-kejang bersamaan darah terkuras. Karena darah terkuras, bakteri tak bisa berkembang dalam tubuh hewan. Maka menurut pengukuran ini, hewan dengan metode penyembelihan sangat sehat untuk dikonsumsi.

Bagaimana dengan pengukuran metode barat?

Dengan pemukulan, memang hewan jadi tak sadar. Namun pengukuran EEG menunjukkan hewan mengalami sakit parah, jantung hewan berhenti berdetak lebih awal dibandingkan hewan dengan metode penyembelihan. Kondisi ini mengakibatkan pengendapan darah dalam daging, konsekuensinya tidak sehat bagi konsumen.

revival of Islamic faith foundation

Sejarah

 

© Copyright revival of Islamic faith foundation 2012 | Design by Atmadeeva Keiza | Published by Borneo Templates | Modified by Blogger Tutorials.