Revival Of Islamic Faith Foundation
News Update :

Kontroversi Injil Didache

14 Agustus 2011


INJIL DIDACHE ATAU AJARAN RASUL RASUL


Naskah Injil Didache, atau Ajaran AI-Masih kepada bangsa bangsa melalui Dua Belas Rasul, ditemukan di dalam manuskrip berbahasa Yunani satu-satunya pada tahun 1871 M. Waktu penulisannya berkisar pada akhir abad pertama atau awal abad kedua Masehi, dan ia diperkirakan lebih tua daripada Injil Yohanes.


Isi Injil Didache
Injil Didache berisi 16 pasal, yaitu:
1.    Pasal 1-6: perilaku orang Kristen (dua jalan).
2.    Pasa 7-10: bagian liturgi, atau ritual, berisi ajaran tentang pembaptisan (pasal 7), puasa dan shalat (pasal 8), perjamuan Ekaristi dan memotong­motong roti (pasal9 dan 10).
3.    Pasal 10 dan 11: hirarki gereja.
4.    Pasa 16: menunggu kedatangan Tuhan.

Kami akan memaparkan teks Injil Didache selengkapnya terlebih dulu, agar pembaca rnemiliki pijakan untuk melanjutkan kajian terhadap naskah ini.

Teks Injil Didache:
(Ajaran AI-Masih kepada Bangsa-bangsa Melalui Dua Belas Rasul)
pasal: 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16
Didache pasal 1:
1.1 Ada dua jalan, yaitu jalan kehidupan dan jalan kematian. Perbedaan antara kedua jalan itu sangat besar.
1.2 Jalan kehidupan adalah berikut ini: Pertoma, kasihilah Tuhan, Pt?nciptamu. Kedua, kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri, dan segala sesuatu yang kamu tidak inginkan dilakukan terhadap kamu, janganlah kamu melakukannya terhadap sesamamu.
1.3 Pengajaran dari kata-kata itu adalah berikut ini: berkatilah orang-orang yang mengutukmu, berdoalah demi musuh-musuhmu, berpuasalah demi orang-orang yang menindasmu. Karena apa upahnya apabila kamu mengasihi orang yang mengasihimu? Bukankah bangsa­bangsa melakukan seperti itu? Tetapi kamu, kasihilah orang-orang yang membencimu, maka kamu tidak mempunyai musuh.

1.4 Hindarilah nafsu-nafsu jasadi dan ragawi. Siapa yang menampar pipi kananmu, berikanlah kepadanya pipi kirimu. Maka, kamu menjadi orang yang sempuma. Siapa yang memaksamu berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersamanya sejauh dua mil. Apabila seseorang mengambiljubahmu, berikanlah juga mantelmu kepadanya. Apabila dia mengambil apa yang kamu punyai, janganlah kamu menuntutnya, karena kamu tidak mampu.

1.5 Kepada setiap orang yang meminta kepadamu, berikanlah. Janganlah kamu menuntutnya, karena Tuhan Bapa berkehendak memberi nikmat-nikmatNya kepada semua orang. Beruntunglah orang yang memberi sesuai perintah ini, karena dia akan menjadi orang yang tidak tercela. Celakalah orang yang mengambil, karena bila dia memiliki kebutuhan, maka dia tidak bersalah. Tetapi, orang yang tidak memiliki kebutuhan, dia akan diberi dengan penghitungan, apakah sebabnya dia mengambil dan apakah tujuannya, sehingga dia berada dalam kesempitan dan terluka disebabkan perbuatannya, dan dia tidak akan keluar dari keadaan itu sampai dia membayar peser terakhir.

1.6 Berkenaan dengan hal ini, dikatakan juga: Biarlah shadaqahmu berkeringat di tanganmu, sampai kamu mengetahui kepada siapa kamu memberikannya.
Didache pasal 2:
2.1 Berikut perintah kedua dalam pengajaran ini.
2.2 Janganlah kamu membunuh, je.nganlah kamu berzina, janganlah kamu merusak anak-anak, janganlah kamu melacur, janganlah kamu mencuri, janganlah kamu melakukan sihir, janganlah kamu meracun orang, janganlah kamu membunuh janin di dalam perut dan janganlah juga membunuh anak yang sudah lahir, serta janganlah kamu menginginkan apa yang dipunyai sesamamu.
2.3 Janganlah kamu mengucapkan sumpah palsu, janganlah kamu mengucapkan kesaksian dusta, janganlah kamu menggunjing, dan janganlah kamu mengingat-ingat hinaan yang kamu terima.
2.4 Janganlah kamu menjadi orang yang bercabang pikiran dan bercabang lidah, karena lidah yang bercabang adalah perangkap kematian.
2.5 Jangan sampai kata-katamu menjadi omong kosong dan kepalsuan, tetapi harus dipenuhi perbuatan.
2.6 Janganlah kamu tamak terhadap harta, jangan merampok, jangan munafik, jangan membanggakan diri, dan jangan sombong. Di samping itu, janganlah kamu bemiat jahat terhadap sesamamu.
2.7 Janganlah kamu membenci seseorang, tetapi insafkanlah sebagian orang, dan berdoalah untuk sebagian yang lain, dan kasihilah sebagian yang lain itu melebihi dirimu sendiri.
Didache pasal 3:
3.1 Anakku, menjauhlah dari semua kejahatan dan dari semua yang menyerupainya.
3.2 Janganlah kamu menjadi pemarah, karena kemarahan membawa kepada pembunuhan. Janganfah kamu menjadi pencemburu, gemar permusuhan, dan lekas marah, karena semua itu menyebabkan pembunuhan.
3.3 Anakku, janganlah kamu mengikuti nafsu, karena nafsu membawa kepada perzinaan, dan janganlah kamu berkata-kata cabul dan bermata jalang, karena dari semua itulah terlahir rupa-rupa perzinaan.
3.4 Anakku, janganlah kamu mengambil pertanda baik dari burung, karena hal itu membawa kepada penyembahan berhala. Janganlah kamu menjadi peramal dan tukang tenung, janganlah kamu melakukan kebiasaan bersuci para penyembah berhala, dan janganlah kamu ingin melihat atau mendengarnya, karena dari semua itulah muncul penyembahan terhadap berhala.
3.5 Anakku, janganlah kamu berdusta, karena dusta membawa kepada pencurian, dan janganlah kamu menjadi pencinta harta dan kehormatan yang semu, karena dari semua itulah muncul banyak pencurian.
3.6 Anakku, janganlah kamu berkeluh kesah, karena keluh kesah membawa kepada sumpah serapah, dan janganlah kamu lancang dan berburuk sangka, karena dari semua itulah muncul banyak sumpah serapah.
3.7 Jadilah kamu orang yang lembut hati, karena orang-orang yang lembut hati akan mewarisi bumi.
3.8 Jadilah kamu orang yang sangat penyabar, penuh kasih sayang, suka berdamai, tenang, saleh, dan selalu gemetar karena kata-kata yang kamu dengar.
3.9 Janganlah kamu mengagungkan dan membanggakan diri sendiri, dan janganlah kamubergauldengan orang orang yang sombong, melainkan bergaullah dengan orang-orang yang baik dan rendah hati.
3.10 Kamu harus menerima apapun yang terjadi pada dirimu sebagai kebaikan, karena mengetahui bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi bukan karena Tuhan.
Didache pasal 4:
4.1 Anakku, kamu harus mengingat orang yang menyampaikan firman Tuhan pada siang dan malam hari, muliakan dia sebagai tuhan, karena di mana saja diucapkan kata-kata Tuhan, di sana ada Tuhan.
4.2 Kamu harus berusaha setiap hari untuk bertemu dengan orang­orang kudus, supaya kamu terhibur oleh kata-kata mereka.
4.3 Janganlah kamu menyebabkan perpecahan, tetapi kamu harus menanamkan perdamaian di antara orang-orang yang bermusuhan. Kamu harus memutuskan dengan adil dan janganlah kamu menahan diri dari beberapa orang dalam menginsafkan kesalahan.
4.4 Janganlah kamu menjadi orang yang bimbang, apakah sesuatu akan terjadi atau tidak?
4.5 Janganlah kamu membuka lebar-lebar tanganmu pada saat mengambil dan merapatkan genggaman tanganm u pada saat memberi.
4.6 Kamu harus memberikan sebagian harta yang kamu miliki dari usaha tanganmu sebagai penebus kesalahan-kesalahanmu.
4.7 Janganlah kamu ragu-ragu untuk memberi. Jika kamu memberi, janganlah kamu berkeluh kesah, karena kamu akan mengetahui siapakah Dia Sang Pemberi balasan yang baik.
4.8 Janganlah kamu menolak orang yang membutuhkan, ajaklah saudaramu dalam segala sesuatu yang kamu miliki, dan janganlah kamu mengatakan bahwa suatu barang adalah milikmu sendiri, karena jika kamu bersekutu pada apa yang abadi, maka lebih pantas jika kamu bersekutu pada apa yang fana.
4.9 Janganlah kamu mengangkat tangan untuk memukul anakmu; laki-laki ataupun perempuan, tetapi kamu harus mengajarkan mereka sejak dini rasa takut kepada Tuhan.
4.10 Janganlah kamu menghardik dengan keras budak laki-laki ataupun budak perempuanmu yang berharap-harap kepada Tuhan yang sama, agar mereka tidak kehilangan rasa takut kepada Tuhan, karena Dia datang bukan untuk disembah orang-orang terhormat saja, tapi oleh siapa saja yang disiapkan oleh Roh.
4.11 Adapun kamu, para budak sahaya, kamu harus tunduk kepada tuan-tuanmu seperti kepada Tuhan, yaitu dengan penuh penghormatan dan rasa takut.
4.12  Kamu harus membenci semua kemunafikan dan segala sesuatu yang tidak disukai Tuhan.
4.13 Janganlah kamu melalaikan perintah-perintah Tuhan, tetapi kamu harus menjaga apa yang kamu terima tanpa penambahan dan Pengurangan.
4.14 Kamu harus mengakui kesalahan-kesalahanmu di hadapan gereja, janganlah kamu membaca doa-doa dengan hati yang jahat. Demikianlah jalan kehidupan.
Didache pasal 5:
5.1 Inilah jalan kematian. Pertama-tama; la sangat jahat, penuh kutukan, bermacam-macam pembunuhan, perzinaan, nafsu, per­selingkuhan, pencurian, penyembahan berhala, sihir, meracun orang, perampokan, kesaksian palsu, kepura-puraan, kemunafikan, kecurangan, kebencian, pengkhianatan, sikap keras kepala, ketamakan, kata-kata yang salah, kecemburuan, kelancangan, mengagungkan diri sendiri, membang­gakan diri sendiri, dan membual.
5.2 Orang-orang yang menindas orang-orang yang saleh: membenci kebenaran, mencintai kebohongan, tidak mengetahui cara membalas kebaikan, tidak mendekati kebaikan dan keputusan yang adil, begadang bukan untuk kebaikan tapi untuk kejahatan, menjauhi kerendahhatian dan kesabaran, mencintai kebatilan, menindas tindakan membalas budi, tidak mengasihi orang-orang miskin, yang tidak merasa terluka bersama orang­orang yang terluka, tidak mengetahui pencipta mereka, membunuh anak­anak, merusak ciptaan Tuhan, berpaling dari orang-orang yang membutuh­kan, membuat cemas orang-orang yang dalam kesusahan, membela orang-orang kaya, memutuskan kezaliman bagi orang-orang sengsara, melakukan pelbagai kesalahan; semoga kamu dan anak-anakku selamat dari sifat-sifat itu semuanya.
Didache pasal 6:
6.1 Waspadalah kamu, jangan sampai ada orang yang menyesatkan­mu dari pengajaran ini, karena dengan begitu ia mengajarkan apa yang tidakberhubungan dengan Tuhan.
6.2 Jika kamu sanggup membawa semua beban Tuhan, maka kamu akan menjadi orang yang sempuma. Sedangkan jika kamu tidak sanggup, maka lakukanlah apa yang kamu mampu.
6.3 Berkenaan dengan makanan, tanggunglah puasa semampumu, hindarilah dengan sungguh-sungguh daging persembahan untukberhala, karena itu merupakan persembahan terhadap tuhan-tuhan yang mati.
Didache pasal 7:
7.1 Berkenaan dengan pembaptisan, baptislah dengan cara seperti ini: setelah apa-apa yang kami katakan terdahulu, baptislah dengan nama Tuhan Bapa, Anak dan Roh Kudus, dengan air yang mengalir.
7.2 Apabila kamu tidak mendapatkan air yang mengalir, baptislah dengan air yang lain. Bila memungkinkan, dengan air dingin, jika tidak, dengan air panas.
7.3 Jika keduanya tidak kamu dapati, maka kucurkanlah air ke kepala tiga kali dengan menyebut nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.
7.4 Sebelum pembaptisan, orang yang akan membaptis hendaknya berpuasa, juga orang yang akan dibaptis, dan orang-orang lain yang mampu melakukannya, dan saya memerintahkan kepada orang yang akan membaptis, hendaknya dia berpuasa selama satu atau dua hari sebelum pembaptisan.
Didache pasal 8:
8.1 Jangan kamu berpuasa bersama orang-orang yang munafik, karena mereka berpuasa pada hari kedua dan kelima setiap minggu. Adapun kamu, berpuasalah pada hari keempat dan hari persiapan.6]
8.2 Janganlah kamu membaca doa-doa seperti orang-orang munafik, tapi seperti yang diperintahkan tuan di dalam Injilnya. Maka, berdoalah demikian: “Bapa kami di surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, terjadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Berikanlah kepada kam i makanan kami pada hari ini untuk persiapan esok hari. Ampunilah kesalahan kami sebagaimana kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami, dan janganlah Engkau membawa kami ke dalam percobaan, tapi bebaskanlah kami dari orang yang jahat, karena Engkaulah yang memiliki kekuatan dan kemuliaan sampai selama­lamanya.”
8.3 Seperti itulah kamu berdoa tiga kali sehari.
Didache pasal 9:
9.1 Berkenaan dengan makanan pada Jamuan Ekaristi, berkatilah seperti demikian (9.2):
9.2 Pertama, sebagai pujian saat memegang cawan, “Kami bersyukur kepada-Mu, wahai Tuhan Bapa kami, demi pohon anggur Dawud, putra-Mu yang kudus, yang Engkau perkenalkan kepada kami melalui Yesus, putra-Mu. Engkaulah yang memiliki kemuliaan sampai selama-lamanya.”
9.3 Sebagai pujian saat memotong-motong roti, “Kami bersyukur kepada-Mu, Tuhan Bapa kami, demi kehidupan dan pengetahuan yang Engkau beritakan kepada kami melalui Yesus, putra-Mu. Engkaulah yang memiliki kemuliaan sampai selama-lamanya.
9.4 Sebagaimana roti yang dipotong-potong disebar di atas gunung, kemudian dikumpulkan sehingga menjadi satu, demikianlah disatukan gereja-Mu dari ujung bumi sampai kerajaan-Mu, karena Engkaufah yang memiliki kemuliaan dan kekuasaan melalui Yesus Kristus sampai selama­lamanya.”
9.5 Tidak seorang pun di antara kamu boleh memakan atau meminum Jamuan Ekaristi, kecuali orang-orang yang telah dibaptis dengan nama Tuhan, karena tentang hal ini Tuhan telah berkata, “Janganlah kamu memberikan makanan yang suci kepada anjing.”
Didache pasal 10:
10.1 Setelah kenyang, ucapkanlah syukur demikian:
10.2 Kami bersyukur kepada-Mu, Bapa Yang Kudus, demi nama­Mu Yang Kudus, yang Engkau tempatkan di dalam hati kami, dan demi pengetahuan, keimanan, dan keabadian yang Engkau perkenalkan kepada kami melalui putra-Mu, Yesus. Engkaulah pemilik kemuliaan sampai selama-lamanya.
10.3 Wahai Tuhan yang sangat berkuasa, segala sesuatu Engkau ciptakan demi nama-Mu. Engkau memberikan makanan dan minuman kepada manusia, agar mereka nikmati, dan agar mereka bersyukur kepada-Mu. Sedangkan kepada kami, Kau berikan makanan dan minuman rohani, dan kehidupan abadi melalui putra-Mu.
10.4 Kami bersyukur kepada-Mu, pertama-tama, karena Engkau berkuasa. Engkaulah pemilik kemuliaan sampai selama-lamanya.
10. 5 Ingatlah gerejamu wahai Tuhan, agar engkau menyelamatkan­nya dari segala keburukan dan menyempumakannya dalam kasih kepada­Mu. Kumpulkan tempat yang kudus itu dari empat mata angin hingga kerajaanmu yang engkau persiapkan. Karena Engkaulah yang memiliki kekuatan dan kemuliaan sampai selama-lamanya.
10.6 Datanglah nikmat, pergilah dunia ini, Hosanna demi tuhan Dawud: siapa yang suci, hendaklah maju, dan siapa yang tidak demikian, hendaklah bertaubat. Maranatha. Amin.”
10. 7 Adapun Nabi-nabi, biarkanlah mereka mengucapkan doa pujian sebagaimana mereka kehendaki.
Didache pasal 11:
11.1 Karena itu, siapapun yang datang dan mengajarkan kalian ajaran-ajaran tersebut, katakanlah, “Terimalah ia.”
11.2 Apabila guru mengubah pengajaran ini dengan pengajaran lain untuk merusak, makajanganlah kamu mendengarkannya. Sedangkan bila ia mengajar agar kebaikan dan pengetahuanmu tentang Tuhan bertambah, maka terimalah ia sebagai Tuhan.
11.3 Adapun berkenaan dengan Rasul-rasul dan Nabi-nabi, maka ketahuilah bahwa berdasarkan pengajaran Injil, maka perintah Tuhan adalah demikian:
11.4 Semua Rasul yang datang kepadamu, terimalah sebagai tuhan.
11. 5 Dia tidak tinggal di rumahmu lebih dari satu hari, atau dua hari jika terpaksa. Apabila dia tinggal selama tiga hari, dia adalah Nabi palsu.
11.6 Jika Rasul Ifu pergi, maka dia hanya mengambil roti sebagai bekal sampai dia menemukan tempat menginap yang lain. Sedangkan jika dia meminta uang, maka dia adalah Nabi palsu.
11.7 Janganlah kamu membawa setiap Nabi yang berbicara atas nama Roh ke dalam percobaan dan janganlah kamu mengutuknya. Dosa­dosa itu tidak terampuni.
11.8 Tidak semua Nabi yang berbicara atas nama Roh adalah Nabi, tetapi Nabi adalah orang yang memiliki perilaku Tuhan. Dari perilakulah diketahui Nabi yang palsu dan Nabi yang benar.
11.9 Nabi-nabi yang memerintahkan atas nama Roh untuk disiapkan makanan, dia tidak memakan makanan itu. Jika dia makan, dia adalah Nabi palsu.
11.10 Setiap Nabi mengajarkan kebenaran. Jika dia mengajarkan, tapi tidak melaksanakan, dia adalah Nabi palsu.
11.11 Setiap Nabi yang benar telah diuji dan melaksanakan rahasia gereja di dunia. Dia tidak mengajarkan agar semua orang berbuat seperti dirinya. Maka,janganlah kamu menghakiminya. Karena penghakimannya hanya dilakukan oleh Tuhan, karena Nabi-nabi terdahulu berbuat seperti itu juga.
11.12 Setiap orang yang berkata atas nama Roh: berilah saya perak atau benda-benda lain, janganlah kamu mendengarkannya. Tetapi jika dia berkata berikan kepada sesamamu yang membutuhkan, makajanganlah kamu menghakiminya.
Didache pasal 12:
12.1 Setiap orang yang datang dengan nama tuhan, terimalah ia. , Setelah mengujinya, kamu akan mengenalnya, karena kamu akan memiliki pembeda antara yang kanan dengan yang kiri.
12.2 Tetapi jika yang datang adalah pengembara, tolonglah se­mampu kamu, dan hendaknye dia tidak menginap di rumahmu kecuali dua hari atau tiga hari jika terpaksa.
12.3 Jika dia ingin menetap di rumahmu, dan dia memiliki keahlian, maka hendaknya diabekerja untuk mendapatkan makanan.
12.4 Jika dia tidak memiliki keahlian, maka latihlah dia dengan ke­ahlianmu, karena bagaimana seorang Masehi hidup di antara kamu tanpa pekerjaan?
12.5 Jika dia tidak ingin bekerja, dia adalah orang yang memper­dagangkan Kristus. Waspadailah orang-orang seperti itu.
Didache pasal 13:
13.1 Setiap Nabi yang benar, yang ingin menetap di tengah-tengah kamu, berhak mendapatkan makanannya.
13.2 Begitu juga guru yang benar. Dia juga berha:: mendapatkan makanan seperti orang yang bekerja.
13.3 Untuk itu, kamu mengambil hasil pertama dari panen buah­buahan dan tanaman, juga hasil pertama dari perasan susu sapi dan susu kambing, dan kamu berikan hasil pertama itu kepada Nabi-nabi, karena mereka adalah pimpinan pendetamu.
13.4 Jika di antara kamu tidak ada Nabi, berikanlah kepada kaum miskin.
13.5 Jika kamu membuat roti, ambillah hasil pertamanya dan beri­kanlah kepadanya sesuai perintah.
13.6 Begitu juga jika kamu membuka tempayan anggur atau zaitun, ambillah sendokan pertamanya dan berikanlah kepada Nabi-nabi.
13.7 Ambillah hasil pertama dari perak dan baju, dan apapun yang kamu miliki, sesuai kemampuanmu, dan berikanlah sesuai perintah.
Didache pasal 14:
14.1 Ketika kamu berkumpul pada Hari Tuhan, potong-potonglah roti dan ucapkanlah syukur setelah kamu mengakui kesalahan-kesalahan­mu, agar daging sembelihanmu menjadi suci.
14.2 Jangan orang yang bersengketa dengan saudaranya berkumpul bersamamu sampai mereka berdamai, agar daging sembelihan kamu tidak terkena najis.
14.3 Karena Tuhan berkata: di setiap tempat dan zaman diberikan kepada-Ku daging sembelihan yang suci, karena saya adalah Raja yang agung, kata Tuhan, dan nama-Ku dihormati semua manusia.
Didache pasal 15:
15.1 Karena itu, angkatlah di tengah-tengah kamu uskup-uskup dan diakon-diakon yang pantas bagi Tuhan, orang-orang yang lembut hati, bukan para pencinta harta, orang-orang yang jujur, yang telah diuji, karena mereka mengabdi kepadamu seperti pengabdian Nabi-nabi dan guru-guru.
15.2 Janganlah kamu mengejek mereka, karena mereka adalah orang-orang yang mulia di antara kamu bersama Nabi-nabi dan guru-guru
15.3 Insafkanlah antara sesamamu, bukan dengan kemarahan, melainkan dengan kasih sayang, berdasarkan Injil. Jika seorang menghina sesamanya, janganlah kamu berbicara dengannya, atau mendengarkan­nya, sampai dia bertaubat.
15.4 Ucapkanlah doa-doamu dan keluarkanlah shadaqah­shadaqahmu serta lakukanlah semua perbuatanmu sesuai Injil Tuhan kita.
Didache pasal 16:
16.1 Berjaga-jagalah untuk hidupmu, jangan kamu memadamkan lampu-lampu dan janganlah kalian melonggarkan ikatpinggang. Melainkan bersiap-siaplah, karena kamu tidak mengetahui waktu Tuhan kita datang.
16.2 Berkumpullah kamu secara teratur untuk mempelajari hal-hal yang pantas bagi jiwa-jiwamu, karena imanmu pada setiap zaman tidak ekan berguna, jika pada saat yang terakhir kamu tidak menjadi orang-orang yang sempuma.
16.3 Karena pada hari-hari terakhir akan banyak Nabi pendusta dan perusak. Domba-domba akan berubah menjadi serigala-serigala dan rasa kasih akan berubah menjadi kebencian.
16.4 Jika dosa bertambah, mereka akan membenci, menindas, dan menyerahkan sesamanya. Pada saat itulah muncul seorang penyesat seakan-akan ia Anak Tuhan. Dia membuat ayat-ayat dan keajaiban­keajaiban, bumi diserahlcan ke tangannya, dan dia melakukan penyimpang­an-penyimpangan yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
16.5 Pada saat itu, manusia dibawa kepada fitnah percobaan. Banyak orang akan ragu-ragu dan binasa, tetapi orang-orang yang sabar dalam keimanan, akan terbebas dari kutukan ini.
16.6 Pada saat itu, muncul tanda-tanda kebenaran. Pertama; Tanda terbukanya langit. Kemudian; Tanda suara sangkakala. Dan ketiga; Bangkit­nya orang-orang mati.
16.7 Akan tetapi tidak semua orang, sebagaimana dikatakan: Tuhan datang diiringi orang-orang suci.
16.8 Pada saat itu, manusia melihat Tuhan yang datang di atas awan­awan di langit.
Demikianlah isi Injil Didache yang memuat beberapa pasal tentang seruan kepada umat manusia.
5 Penulis menerjemahkan teks ini dari Bahasa Yunani, dan saya menerjemahkannya dari teks berbahasa Arab itu sambil membandingkannya dengan terjemahan dalam Bahasa Inggris. Penj.
6. Hari persiapan adalah hari sebelum hari Sabat, jadi Jumat.-Penj.
RAHASIA PENEMUAN MANUSKRIP INJIL DIDACHE
OLEH: PENDETA KOPTIK
DIDACHE, atau Ajaran Rasul-rasul, adalah peraturan gereja (church polity) pertama yang sampai kepada kita,96] dan merupakan salah satu naskah yang terpenting dan tertua tentang ajaran agama dan hukum gereja, karena ia memuat teks-teks liturgis yang tertua setelah Perjanjian Lama. Posisinya ada di tengah-tengah antara Perjanjian Baru dengan tulisan-tulisan bapa-bapa apostolik (apostolic fathers). Penemuan naskah ini pada akhir abad 19 menimbulkan gema yang hebat di kalangan ilmiah gereja, sebab sarjana-sarjana patristik telah mengetahui keberadaan apa yang disebut “Ajaran Rasul-rasul”, namun mereka tidak pernah menemukan satu pun petunjuk tentangnya sampai penemuan tersebut.

Penemuan Naskah yang Memuat Didache
Pada tahun 1873, Philotheos Bryennios, Direktur Sekolah Tinggi Teologi Yunani di Konstantinopel, yang kemudian menjadi Metropolit kota Nikomedia, menemukan sebuah manuskrip di perpustakaan DiyorAl-Qabr AI-Muqaddas (Monasteryof theMostHolySepulchre) di Konstantinopel (Istambul), yang berada dalam pengawasan Patriarkhal Yerusalem Bizantium Ortodoks, yang berisi beberapa naskah klasik yang sangat penting. Manuskrip itu lalu dipindahkan dari Yerusalem ke Istambul pada tahun 1680, lalu dipindahkan lagi ke Perpustakaan Patriarkhal Romawi Ortodoks, dan diberi nomor 54. Karena itu, di kalangan ilmiah, manuskrip, tersebut populer dengan nama “ManuskripYerusalem” (Jerusalem Codex) dan dalam bahasa Latin disebut Hierosolymitanus: 54.

Manuskrip yang baru ditemukan itu mendapatkan perhatian yang luar biasa dari kalangan ilmiah. Ia menjelaskan banyak segi yang samar samar tentang sejarah awal kehidupan gereja, sehingga ia pantas di perhatikan sedemikian rupa oleh para ahli liturgis dan para bapa Manuskrip ini disalin satu orang penyalin saja, yang bernama Leon An­Nasikh AI-Khati’ (the notary and sinner: si penyalin yang banyak dosa), tertanggal dengan kalenderYunani tahun 6564, sama dengan 1056 Masehi, atau kurang lebih pertengahan abad 11.

Isi Manuskrip Yerusalem
Manuskrip ini terdiri dari 120 lembar (240 halaman), terbagi-bagi sebagai berikut:
1. Lembar 1-32: Sinopsis Kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru oleh St. Yohanes Dzahabi AI-Famm (Synopsis of the Old and New Testaments, by St. Chrysostom). Bagian ini memberikan kita bagian­bagian Sinopsis yang belum pernah dipublikasikan dan materi kesusastraan untuk kajian kritis terhadap teks-teks perkataan-perkataan para bapa.
2. Lembar 33-51a: Surat Bamabas (The Epistle of Bamabas). Bagian ini memberikan kita teks Yunani Surat Barnabas, dan memungkinkan kita mengkaji kembali teks Surat tersebut secara lebih teliti.
3. Lembar 51 a-76a: Dua Surat St. Clement dari Romawi kepada Jemaat di Korintus (The two Epistles of Clement to the Corinthians). Kedua surat ini sangat penting, karena ia menggenapi teks kedua surat tersebut, karena seperlima surat kedua sebelumnya tidak diketahui, selain ia juga dapat menguatkan nilai kajian kritis terhadap teks tersebut.
4. Lembar 766-80: Ajaran 12 Rasul (The Teaching of the Twelve Apostles). Inilah bagian yang telah kami paparkan.
5. Lembar 81-82a: Surat Maryam Cassoboli kepada Ignatius (The Epistle of Mary of Cassoboli to Ignatius).
6. Lembar 826-120a: Dua belas risalah karya St. Ignatius Sang Martir (Twelve Epistles of Ignatius).
Dua bagian terakhir (bagian 5 dan 6) berkaitan dengan Literatur Ignatius, yang memungkinkan kita untuk membaca kembali sebuah karya yang telah dihasilkan oleh peneliti Jerman, Funk,97] pada tahun 1881, dan oleh peneliti Inggris, Father Lightfoot, di London, pada tahun 1885.98]
Publikasi Manuskrip yang Ditemukan
Pada tahun 1876, atau dua tahun setelah ditemukannya Manuskrip Yerusalem, yang disebut oleh Bryennios dengan “Jerosalem Codex”, Metropolit Philotheos Bryennios mempublikasikan Dua Surat Clement dengan disertai pengantar dan catatan-catatan, di Jerman, ketika ia berada di Institut Katolik yang lama di kota Bonn. Para sarjana patristik menyambut baik karya tersebut, yang menunjukkan ketelitian dan keahliannya yang tinggi dalam penyuntingan teks, berkat studinya pada para tetua ahli di Madrasah Jerman.
Metropolit Bryennios menyebutkan bagian-bagian lain dari manuskrip itu di dalam karyanya tersebut, dan apa yang disinggungnya tentang Ajaran Dua Belas Rasul segera memicu perhatian para peneliti, di antaranya Lightfoot dan lain-lain.
halaman : 325-326-327
96 Cf. P. ]. Quasten, lnitiation auz Peres de I’Eglise, Trad. De I’anglais par J. Laporte, I,1955, hlm. 37.
97 Opera, II, Tubingen,1881.
98  Epistles of St. Ignatius, London and Cambridge, 1885.
RAHASIA PENEMUAN MANUSKRIP INJIL DIDACHE
hal. 328-329-330-331-332
Bryennios juga menerbitkan bagian-bagian lain dari manuskrip yang ditemukan itu bagi para peneliti Jerman
Pada akhir tahun 1883, para archbishop (uskup besar) telah mempublikasikan di Konstantinopel leks “Ajaran Dua Belas Rasul” (Didache), disertai dengan pendahuluan dan catatan-catatan kaki.
Pada pendahuluan buku baru itu Bryennios menyebutkan bahwa Ajaran Dua Belas Rasul itu baru pertama kalinya diterbitkan, bersama dengan beberapa pendahuluan dan analisa terhadap Ringkasan Perjanjian Lama karya St. Yohanes Si Mulut Emas, di samping bagian lain manuskrip itu yang belum pemah diterbitkan.
Tak lama setelah publikasi Manuskrip tersebut, pada bulan Januan 1884, satu buah naskah Didache yang dipublikasikan oleh Bryennios sampai ke Jerman, lalu segera diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, dan dipublikasikan pada tanggal3 Februari pada tahun yang sama. Setelah itu, naskah itu segera diterjemahkan dari bahasa Jerman ke dalam bahasa Inggris, dan dipublikasikan di Amerika pada tangga128 Februari 1884, atau pada bulan dan tahun yang sama dengan munculnya terjemahan dalam bahasaJerman. Pada bulan Mei 1884, sebelum berakhimya tahun tersebut, dipublikasikan teks Didache dalam bahasa [nggris terjemahan langsung dari bahasa Yunani oleh pimpinan para diakon (archdiacon) yang bernama Farrar. Sepanjang tahun itu, Didache telah menjadi buah bibir dan dibahas dalam pelbagai artikel. Tak kurang dari lima puluh judul di dalam pelbagai koran dan majalah di Eropa Barat dan Amerika membahas kejadian terpenting tahun itu, yaitu ditemukannya "Ajaran Dua Belas Rasul". Shaff menyebutkan judul-judul artikel tersebut dalam karyanya Tarikh AI-Kanisah AI-Mosihiyyah (Sejarah Gereja Masehi).

Judul Manuskrip
Manuskrip Yerusalem memiliki beberapa judul. Judul pertama ringkas, dan judul kedua lebih panjang. Judul pertama adalah "Ajaran Dua Belas Rasul", sedangkan judul yang lebih panjang yang terletak segera setelahnya adalah "Ajaran Tuhan Kepada Bangsa-bangsa melalui Dua Belas Rasul."
Bryennios dan Harnak, dua orang yano pertama kali mempublikasikan teks Didache, berpendapat bahwa judul pertama yang ringkas tak lain dari ringkasan judul kedua yang panjang. Tapi mereka berbeda pendapat dalam masalah substansi judul yang panjang. Bryennios, diikuti oleh Schaff, berpendapat bahwa judul itu hanya berlaku pada lima bagian pertama Didache, yaitu bagian-bagian yang dikirimkan kepada bangsa­bangsa yang menerima Risalah Injil. Sedangkan Hamack berpendapat, judul yang panjang99] adalah judul yang berlaku pada seluruh kitab Didache, karena seluruh teks buku ini merupakan ajaran bagi orang-orang yang menerima Tuhan.100] Meskipun mereka tidak sepakat tentang kandungan makna judul yang panjang tersebut, tetapi Jean-Paul Audet101] berpendapat bahwa judul “Ajaran-ajaran Para Rasul” adalahjudul asli teks Didache, yaitu teks yang sampai kepada kita dari Manuskrip Yerusalem. Dalam hal ini, mungkin Audet bersandar kepada judul yang sama yang disebutkan oleh Eusebius dari Caesarea dalam karyanya TorikhAl-Konisah. Tetapi, kita tidak boleh mengabaikan analisa lain, bahwa judul ringkas Didache muncul dalam terjemahan Latin dalam bentuk tunggal, yaitu “Ajaran Para Rasul” (Doctrina Apostolorum), bukan dalam bentuk jamak, sebagaimana yang dikatakan oleh Audet.

Judul yang panjang itu tampaknya muncul sebagai pengagungan dan penjelasan tambahan bagi judul yang ringkas. Tapi perlu diperhatikan bahwa keberadaan kata “Tuhan” di dalam judul yang panjang itu mem­buktikan bahwa ia merupakan penambahan terhadapjudul tersebut yang masuk belakangan, dan pada waktu yang sama sesuai dengan bagian Evangelis yang terdapat dalam bagian pertama teks Didache, yaitu bagian yang menjelaskan tentang “DuaJalan”, (1:3-2:1) di samping isyarattentang “Injil Tuhan” (lihat 8:2,15:4, 9:3,11:3,15:3), yaitu pada bagian liturgis dan pengajaran di dalam Didache. tampaknya tambahan itu muncul pada periode belakangan dalam penulisan karya sastra tersebut, sehingga jelaslah bahwa judul yang panjang mengiringi penambahan-penambahan terhadap teks asli yang terjadi belakangan.

Dari sisi yang lain, judul yang penjang tak ubahnye resonerui derl ajaran AI-Masih kepada para Rasul yang kudus pada akhir Injil St. Matius (28: 19), “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid saya.” Analisa ini menjelaskan mengapa judul tersebut muncul belakangan daripada teks Didache dalam bentuk asli, yang boleh jadi belum mengetahui keberadaan St. Matius.

Sementara itu, Riddle102] berpendapat bahwa judul yang panjang adalah judul asli Didache, sedangkan judul yang pendek merupakan ringkasan yang sering digunakan untuk menyebut Didache, dan tidak memiliki kaitan dengan apa yang ada dalam Kisah Para Rasul (2:42) dalam istilah “Pengajaran para rasul”, yaitu, “Mereka bertekun dalam pengajaran para rasul, dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.”

Sedangkan kata “bangsa-bangsa” yang terdapat di dalam judul yang panjang, menurut banyak peneliti, seperti Bryennios, menunjukkan bahwa pengarang Didache adalah seorang Masehi keturunan Yahudi. Akan tetapl, penelifi-peneliti lain, seperti Brown, menolak hal itu.

Karakter Bahasa Didache
Bahasa Didache menunjukkan pada periode peralihan dari safar safar Perjanjian Baru kepada bahasa gereja Yunani yang langsung mengikuti safar-safar kanonik. Kutipan-kutipan dari safar-safar tersebut menyerupai kutipan-kutipan yang ada di dalam surat-surat para rasul, Didache mengutip kebanyakan materinya dari Injil St. Matius daripada Injil lain, khususnya pada pasal-pasal 5-8, yaitu khutbah AI-Masih di bukit. Meskipun demikian, materi khutbah AI-Masih di bukit yang terdapat dl dalam lnjil tetap lebih banyak daripada yang terdapat didalam Didache.

Beberapa bagian Didache menunjukkan bahwa pengarang cukup mengetahui Injil St. Lukas. Selain itu, di dalam Didache terdapat beberapa istilah dan konsep yang memiliki bandingannya di dalam Injil Yohanes. Bahkan, di dalam Didache terdapat beberapa hal yang mendorong kami unluk menylmpulkan bahwa pengarangnya mengetahui sejumlah surat Rasul Paulus, terutama Surat Paulus kepada Jemaat di Roma dan kepada Jemaat di Korintus, juga Dua Surat St. Petrus. 103] Kecuali pada bagian tersebut, pengarang Didache jarang mengisyaratkan kepada safar-safar yang lain di dalam Perjanjian Baru. Dan jelas sekali, pengarang Didache tidak mengetahui kitab-kitab hukum kita.

Otentisitas Teks Didache
Yang kami maksud dengan otentisitas adalah kajian tentang kesesuaian substansial (substantial identity) antara Manuskrip Yerusalem yang ditemukan baru-baru ini dengan karya yang dikenal dan disebut oleh para penulis Kristen awal sebagai “Ajaran Rasul-rasul” (De Doctrino Apostolorum: Teachings of the Apostles), atau judul lain yang serupa.

Tak dapat diragukan, teks itu berasal dari zaman Apostolik. Bukti­bukti internal teks tersebut menegaskan hal itu. Pada sisi lain, tidak ada alasan untuk meragukan umur naskah itu, atau kesesuaiannya dengan edisi yang diterbitkan oleh Bryennios.

Clement dari Aleksandaria (M. 216 M. ) menegaskan keberadaan naskah tersebut, bukan saja karena dia banyak mengutipnya, tetapi juga karena dia menyebutkan di dalam bukunya Stromata teks yang terdapat di dalam Didache, 3: 5 secara harfiah, yaitu, “Anakku, janganlah kamu berdusta, karena dusta membawa kepada pencurian,” dan menisbahkan teks tersebut kepada Al-Kitab Al-Muqaddas.
Eusebius dari Caesarea (M. 340 M. ), pada paragrafnya yang terkenal di dalam bukunya Tarikh Al-Kanisah, yang mengkaji kitab-kitab Perjanjian Baru yang kanonik, menyebut Ajaran-ajaran Rasul-rasul sebagai salah satu karya yang tidak legal (spurious works). Bentuk jamak (Ajaran-ajaran) yang dipakai oleh Eusebius dalam menyebut judul karya ini, tidak mengalihkan perujukannya dari naskah yang sedang kita bicarakan, karena Athanasius (M. 373 M.) dengan jelas mengisyaratkan kepada naskah ini dengan menggunakan bentuk tunggal (Ajaran), dalam perkataannya, “Ajaran yang
disebut dengan Ajaran Rasul-rasul.” Setelah menyebutkan kitab-kltab suci yang diakui oleh gereja sebagel kitab-kitab kanonik, Athanasius mengatakan, “Selain kitab-kitab tersebut, ada kitab-kitab lain yang tidak diakui sebagai kitab kanonik (tidak diakui sebagai kitab-kitab suci). Para bapa berpendapat bahwa kitab-kitab itu dapat dibaca oleh orang-orang yang ingin mencari pengetahuan dan ketakwaan. Kitab-kitab itu adalah, Hikmah Sulaiman, Hikmah Ibn Sirach, Ester, Yehodit, Thopia, dan Ajaran yang disebut dengan Ajaran Rasul-rasul dan Gembala.” Sebab, hingga zaman Paus Athanasius Apostolis, gereja belum mengakui kekanonan kitab-kitab tersebut, dan baru diakui belakangan, serta disebut sebagai kitab-kitab kanonik kedua.

Rufinus (M. 410 M. ), di dalam karyanya, Tarikh Al-Kanisah, mengulas sebuah karya yang ringkas, yang disebut `Dua Jalan’. Uraiannya memberikan kita data yang sangat penting untuk kajian kritis terhadap Didache.

Peneliti lain yang telah mengulas Didache adalah Nicephorus (M. 828 M.), atau dua ratus tahun setelah Leon the Notary and Sinner menulis naskah yang diketemukan itu.

St. Irenaeus (M. 202 M. ) dan St. Clement dari Aleksandria (M. 216 M.) melontarkan ungkapan-ungkapan yang menunjukkan mereka berdua mengetahui Didache.

Dengan demikian, kami menyimpulkan manuskrip yang ditemukan ini sebenarnya merupakan karya yang diulas baik oleh Eusebius dari Caesarea maupun Athanasius Apostolis.
96 Cf. P. ]. Quasten, lnitiation auz Peres de I’Eglise, Trad. De I’anglais par J. Laporte, I,1955, hlm. 37.
97 Opera, II, Tubingen,1881.
98  Epistles of St. Ignatius, London and Cambridge, 1885.
99. Cf.A.N.F.,vo1.7,h.337.
100. S.C. vol. 245, h, 13,14.
101. Penulis buku La Didarhe: Instructions des apotres (Paris: J. Gabalda, 7958).
102 A.N.F., Vo1. 7, h. 377.
103.Lihat bagian-bagian; 1: 2-5, 2: 2 dan 3, 5: 1 dan 2, 7: 1 dan 3, 8: 7,10: 5 dan 6,11: 7,12: 1, 13: 1,16:1,5,6,dan8.

Waktu dan Tempat Penulisan Didache

Melalui kajian yang mendalam terhadap teks-teks Didache untuk mengetahui waktu penulisannya, peneliti-peneliti modem memastikan bahwa Didache ditulis pada abad pertama Masehi.104] Berdasarkan apa yang telah kami paparkan pada bagian otentisitas teks Didache, menurut kami, waktu penulisannya tidak mungkin melewati seperempat pertama abad k¢dua Masehi, dan apabila telah terbukti bahwa Didache lebih tua daripada Surat Bamabas, maka ia tidak mungkin ditulis setelah tahun 120 M.
Teks-teks Didache secara intemal menunjukkan waktu penulisannya.

1. Struktur bahasanya yang sederhana menunjukkan waktu penulisannya, yaitu periode yang langsung mengikuti masa Rasul-rasul, atau yang sekarang disebut sebagai periode apostolis. Sesungguhnya, kesederhanaan struktur bahasa juga merupakan fakta yang sangat penting dalam mengkaji legalitas kitab-kitab Perjanjian Baru.

2. Belum berkembangnya konsep agama Kristen di dalam teks Didache merupakan akibat yang wajar dari belum berkembangnya heretisme pada masa itu. Itulah yang ditegaskan oleh gaya bahasa naskah Didache. Agama Kristen pada awalnya adalah pandangan hidup yang menjadi dasar bagi ajaran-ajaran para rasul, dan semakin luas agama Kristen itu berkembang, semakin besar pula perjuangan orang-orang Kristen melawan heretisme yang mereka hadapi.

3. Aturan gereja yang dikemukakan oleh Didache belum serumit yang dikemukakan oleh Surat-surat St. Ignatius, karena di dalam Didache disebutkan guru-guru yang berkeliling, yang disebut Didache sebagai Rasul-rasul dan Nabi-nabi (pasal 10), dan keberadaan mereka tidak diakui lagi oleh gereja setelah pertengahan kedua abad kedua Masehi, atau bahkan setelah seperempat pertama kedua Masehi.
Dengan demikian jelas bahwa sejarah Didache lebih tua daripada sejarah Surat-surat Ignatius.


Share this Article on :

0 comments:

Posting Komentar

 

© Copyright revival of Islamic faith foundation 2012 | Design by Atmadeeva Keiza | Published by Borneo Templates | Modified by Blogger Tutorials.