Tradisi Kristen rupanya ingin diimbaskan kepada ajaran Islam dengan
mengembalikan ajaran Islam pada paganisme Arab dan menghilangkan fakta sejarah bahwa
paganisme Arab tersebut adalah paham yang diperangi habis-habisan oleh
Rasulullah dan umatnya. Oleh sebab itu maka Dr. Morey menyudutkan Islam dengan
mengemukakan poin-poin hujatan berikut :
1. Bahwa Umat Islam
menyembah dewa bulan.
2. Tentang Allah
dalam Islam dan Tuhan dalam Bibel.
Pada hujatan pertama,
Dr. Robert Morey ingin mengelabuhi masyarakat bahwa umat muslim adalah
masyarakat pagan, sehingga negaranya mendapatkan pembenaran atas segala apa
yang mereka perbuat terhadap negara-negara Islam yang ia nyatakan pagan. Sedang
dalam poin kedua ia ingin memisahkan antara kepercayaan Kristen dengan Islam.
Jika yang dimaksud adalah Kristen Trinitas maka adalah benar tidak sama, karena
umat Islam menESAkan Tuhan sementara Kristen Trinitas "menyekutukan"
Tuhan. Tapi kalau yang dimaksud adalah Kristen Unitarian (Nazaren/Nashoro)
tentu saja masalahnya lain, karena mereka berpaham monoteisme. Suatu upaya
pembuktian Class of Civilization yang ujung-ujungnya adalah kekuasaan dan
Ekonomi (Minyak).
o Nama Allah sudah dikenal masyarakat
Arab sebelum kenabian Muhammad.
o Adanya nama-nama seperti Qomaruddin,
Syamsuddin.
o Kepercayaan Jahiliyah (PraIslam), agama
Astral.
o Berhala yang ada di Ka'bah.
o Simbol bulan sabit.
Yang agak memalukan bahwa dalam
membuktikan tuduhan-tuduhannya tersebut Pak Doktor ini banyak memanipulasi
pernyataan dari penulis-penulis yang menjadi rujukannya. Sebagai Contoh :
Untuk menguatkan pendapatnya bahwa "dewa
bulan dipanggil dengan berbagai nama, salah satunya adalah Allah'" ia
merujuk pada halaman 7 dari Buku Guillame yang berjudul Islam. Tetapi
sebenarnya Guillame mengatakan di halaman yang sama : "Di Arab
Allah telah dikenal dari sumber umat Kristen dan Yahudi sebagai Tuhan yang Esa,
dan tidak ada keraguan meslvpun dia telah dikenal oleh Pagan Arab di Mekkah
sebagai yang Tertinggi."1
Dr. Morey juga mengutip dari penulis
non-Muslim Caesar Farah di ha128. Tetapi pada saat dirujuk dalam buku tersebut
didapati bahwa Dr. Morey hanya mengutip sebagian dan meninggalkan pokok bahasan
dari buku tersebut. Buku tersebut sebenarnya menyatakan bahwa Tuhan yang
dipanggil il oleh orang Babilon dan EI oleh orang Israel telah dipanggil ilah, al-ilah, dan Allah di Arab. Farah mengatakan lebih
lanjut pada halaman 31 bahwa sebelum Islam orang pagan telah mempercayai bahwa Allah adalah dewa tertinggi.
Dikarenakan mereka sudah mempunyai 360 berhala, tetapi Allah bukan salah satu
dari 360 berhala tersebut. Sebagaimana Caesar Farah menyatakan di halaman 56,
bahwa Nabi Muhammad saw, telah menghancurkan berhala-berhala tersebut.
Adanya kata Allah sebelum masa Islam,
seperti yang dikatakan Robert Morey bahwa Ayah Rasulullah bernama Abdullah
(hamba Allah), tidak sepantasnya dijadikan alasan bahwa Allah tersebut adalah
dewa bulan.
Seperti yang pernah kita bahas sebelum
ini bahwa El, Eloy, Allah, Yahweh, Ya Hua, Elohem,Allahumma; adalah kata-kata
yang dipakai oleh masing-masing bangsa -saat itu- untuk menyebut Tuhan. Dan
kata Allah adalah kata yang dipakai oleh bangsa Arab untuk menyebut Tuhan
khususnya oleh para Ahnaf (masyarakat
Arab yang mengikuti tradisi Ibrahim). Dan nama itu tidak termasuk dalam jajaran
nama-nama berhala dan dewadewa Arab. Permasalahannnya bukan hanya pada
kata-kata itu saja, kemudian kita menilai paham suatu masyarakat. Tapi pada
cara penyikapan kepada "Tuhan" yang disebut menurut bahasa mereka
sendiri-sendiri. Bangsa Israel yang menggunakan kata Yahweh untuk merefleksikan
pemahaman mereka tentang konsep "Tuhan" dibimbing oleh rasul dan nabi
mereka untuk meluruskan pemahaman dan penyikapan terhadap Tuhan yang mereka
sebut Yahweh. Begitu juga masyarakat Arab yang pada masa jahiliyah memakai kata
Allah untuk menyebut Tuhan dibimbing oleh Rasulullah Saw untuk menyikapi dan
memahami apa yang mereka sebut Allah itu. Cara penyikapan inilah yang diajarkan
oleh masing-masing rasul dan nabi kepada umatnya, yaitu meng-ESA-kan. Kalau
ukurannya hanya pada tataran kata saja untuk menilai paham suatu umat, maka
Yahudi dan Kristen luga pagan, karena nama "EL' yang dipakai IsraEL adalah
Tuhan dari bangsa Kan'an yang menurut mereka pagan.
Qomaruddin dan Syamsuddin
Pembaca dari kalangan Muslim mungkin akan tertawa ketika dikatakan
bahwa nama-nama Cak Qomar dan Cak Udin luga kang Najam dijadikan bukti adanya
penyembahan terhadap dewa bulan. Menurut Dr. Robert Morey :
Begitu juga dengan nama Syamsuddin dan Najmuddin, keduanya
diterjemahkan dengan cara yang sama.
Komarun berarti bulan dan dinun berarti agama maka arti dari nama
tersebut adalah "bulannya agama", maksudnya seorang yang dengan
agamanya berkiprah di masyarakatnya seperti bulan yang bersinar terang
benderang, membawa nama baik agamanya. Begitu syamsuddin, di harapkan oleh
orang tuanya agar lebih bersinar seperti matahari yang selalu memberi manfaat
kepada manusia. Nama-nama muslim yang dinisbatkan kepada dien (agama) memiliki
makna senada, seperti saifuddin (pedang agama), adalah harapan orang tuanya
agar anaknya mampu membela agamanya ibarat sebuah pedang yang siap dipakai
kapan saja. Sedang "penyembah bulan" kalau diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab ‘abid al-Qomar.
Begitu juga dengan dua nama lainnya.
Masyarakat Arab pada masa pra Islam
seringkali menamakan budaknya dengan nama-nama yang dapat menyenangkan hati
mereka seperti nama Qomar dan Syams, diharapkan agar budaknya dapat menerangi
mereka seperti namanya. Sedang untuk mereka sendiri, mereka memakai namanama
yang menyeramkan, untuk menakuti musuh-musuhnya, seperti Kilab (anjing-anjing),
Asad (singa), Namir dan Fahd (harimau). Pada masa Rasulullah nama-nama
jahiliyah banyak dinisbatkan langsung pada Allah, seperti Saifullah (pedang
Allah), Asadullah (Singa Allah) dan lain sebagainya. Rasulullah meluruskan
kebiasaan masyarakat Arab jahiliyah bahkan pada masalah nama.
Pada masa selanjutnya ketika perbudakan
sudah terhapuskan, dan para mantan budak yang membentuk komunitas tersendiri,
tampil dalam pemerintahan. Mereka dikenal sebagai kaum Mawali
(orang-orang yang meminta perlindungan). Untuk mendapatkan pengakuan
dari masyarakat yang sebelumnya adalah tuan-tuan mereka, maka mereka
menisbatkan nama-nama, mereka kepada kata din
(agama). Hal ini sejalan dengan perkembangan zaman yang tidak lagi
menisbatkan nama-nama kepada tuan-tuannya, sebab zaman perbudakan sudah
berakhir, dan semua mereka adalah sama dalam urusan agama. Maka kita melihat
bahwa nama-nama seperti Qomaruddin dan Syamsuddin tidak pernah kita temukan
pada masa jahiliyah, ataupun pada masa Rasulullah, nama-nama itu baru muncul
kemudian pada saat mantan budak memegang tampuk pemerintahan.
Pada masa sekarang nama-nama di atas
tidak dipakai untuk menyenangkan tuan, tidak juga untuk legalitas kekuasaan.
Nama-nama itu dipakai umat muslim dengan maksud yang berbeda, karena mereka
hanya melihat arti dari nama-nama itu, yang diharapkan pemiliknya dapat menjadi
seperti namanya.
Menurut Dr. Morey : "Allah,
dewa bulan, kawin dengan dewa matahari. Mereka berdua mempunyai tiga orang
puteri yang disebut putri-putri Allah. Ketiga putri tersebut AI-Lata, AIUzza,
dan Manat". Untuk memperkuat anggapannya ia memanipulasi pernyataan
Guilluame seperti yang kita ungkap sebelum ini.
Bahwa masyarakat Arab pra Islam
memiliki kepercayaan terhadap bintang dan bulan juga matahari memang benar,
hanya saja Dr. Morey berhenti sampai disini untuk menyatakan bahwa yang
disembah oleh umat Muslim adalah dewa bulan, padahal kepercayaan yang semacam
inilah yang diserang dengan keras oleh Rasulullah tanpa kompromi sedikitpun.
Itulah sebabnya maka masa tersebut dikatakan sebagai masa Jahiliyyah (zaman
kebodohan). Terjemah ayat-ayat berikut ini akan menggambarkan bagaimana
Rasulullah secara radikal menyerang kepercayaan masyarakatnya :
“ Maka apakah
patut bagi kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al- Uzza, dan
Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah).
Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan;
Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain
hanyalah namanama yang kamu dan bapak-bapak karnu mengadaadakannya; Allah
tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak
lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa
nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan
rnereka. Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicitacitakannya
(Tidak), maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia. " (QS. An-Najm 19-25).
Berikut ini adalah salah satu dari
pernyataan tidak berdasar yang dilontarkan oleh Robert Morey : "Ada
satu berhala Allah ditempatkan di ka'bah bersama dengan semua ilah-ilah berhala
lain. Penyembah-penyembah berhala sembahyang menghadap Mekah clan Kaabah karena
di sanalah dewa-dewa mereka disemayamkan". Kita tidak tahu dari mana
pak Doktor mendapatkan sumbernya, tapi yang jelas tidak pernah melihat Ka'bah
secara langsung apalagi masuk di dalamnya.
Pada Masa Jahiliyah -tradisi menyebut
demikian untuk membedakan antara masa kebenaran dan kebodohan-, banyak berhala
ditempatkan di Ka'bah tapi tidak ada satupun berhala disebut Allah. Dan
berhala-hala yang amat banyak tersebut telah dihancurkan oleh Rasulullah saat
memasuki Makkah, setelah sebelumnya umat Islam diusir dari Makkah. Rasulullah
sendiri pada saat sebelum menjadi nabi, pernah bersumpah dihadapan Khadijah
istrinya bahwa beliau "tidak akan menyembah uzza selamanya", hal ini
jelas membedakan antara Allah dan ilahilah lainnya, sebab saat itu agama Hanifah (jalan lurus) ajaran Ibrahim
As. masih bertahan di Makkah, walaupun pengikutnya tidak sebanyak para pagan.
Kini jangankan di Ka'bah di rumah seorang muslim saja tidak akan ada berhala.
Sangat berbeda dengan Rumah dan Kantor Robert Morey yang mungkin memasang
patung salib di sudut ruang atau kamarnya.
Simbol bulan sabit yang sering dipakai
umat muslim dianggap sebagai simbol penyembahan dewa bulan oleh Dr. Robert Morey. la menyatakan : "Simbol
penyembahan dewa bulan dalam budaya Arab dan di tempat-tempat lain di seluruh
timur tengah adalah bulan sabit". Gambar bintang yang biasa berada
ditengah bulan sabit tidak disebut, karena Amerika memakai simbol bintang.
Dr. Robert Morey dan para orientalis
Barat menuduh dengan bertanya kenapa umat Islam memakai simbol bulan sabit
untuk agama mereka? Atau kenapa bulan dipakai untuk menandai bulan baru?.
Mereka sengaja bertanya dengan logika yang salah dari sesuatu yang tersembunyi,
sejak saat umat Islam memakai bulan sabit sebagai simbol, maka dikatakan bahwa
umat Islam menyembah "dewa bulan". Ini tidak benar sebagaimana
anggapan bahwa sejak umat Yahudi mengambil bintang David sebagai simbol, maka
umat Yahudi menyembah bintang, berarti umat Kristen juga menyembah patung salib
saat mereka memakai simbol tersebut, atau menyembah matahari saat menggunakan
tanda silang dari sinar matahari.
Islam tidak pernah mengajarkan untuk menyembah bulan. Dalam firman
Allah disebutkan:
"Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam,
siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah
(pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika
kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. " (QS. Fushshilat 37)
Ayat ini diperkuat dengan ayat lain, bahwa bulan bukanlah object
penyembahan.
"Tidakkah kamu
memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalarn siang dan
memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan
masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan ". (QS. Luqman 29).
Jika Allah adalah "dewa
bulan" seperti yang dituduhkan oleh Dr. Morey, apa mungkin "dewa
bulan" menciptakan bulan untuk dipakai oleh manusia?. Dengan bukti di atas
kita dapat mengambil kesimpulan bahwa umat Islam hanya menyembah `Allah"
saja, dan bukan menyembah dewa bulan. Kepercayaan terhadap kekuatan benda-benda
angkasa yang pernah berkembangan di Mesir, Babilonia, serta Asiria, mungkin
saja mempengaruhi Jazirah Arab, sebab secara geografis letaknya tidaklah
berjauhan; Hanya saja pada masa Rasulullah kepercayaan tersebut diluruskan
dengan menempatkan benda-benda tersebut pada tempat dan fungsinya. Seperti
bulan -misalnya-, seperti yang pernah ditanyakan oleh masyarakatArab kepada
Rasulullah, ditempatkan sebatas untuk menandakan pergantian waktu. Sebagaimana
Firman Allah di Surat Al Baqarah 189:
"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah:
"Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat)
haji".
|
Dari riwayat Ibnu Abi Hatim yang
bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa sahabat bertanya kepada Rasulullah saw.: Untuk
apa diciptakan bulan sabit?" maka turun ayat tersebut yang
memerintahkan Rasulullah untuk menjawab
bahwa bulan adalah untuk menunjukkan waktu kepada manusia kapan mereka harus
memakai pakaian ihram pada waktu haji dan kapan harus menanggalkannya, atau
kapan mereka harus memulai puasa dan kapan harus mengakhirinya. Dari sini,
dapat kita ketahui bahwa tidak ada kepentingan penyembahan kepada bulan, tetapi
hanya sebagai Penunjuk pergantian waktu, seperti Haji clan Puasa. Pada masa
Khalifah Umar umat Muslim membuat penanggalan berdasarkan hitungan bulan, yang
dimulai sejak masa Hijrah.
Yang menarik untuk dicatat bahwa umat
Yahudi juga memakai Penanggalan Hijriah untuk menandai perayaan suci mereka.
Penanggalan keagamaan Umat Yahudi, yang aslinya dari Babilonia, terdiri dari 12
bulan Qomariah/Hijriah, terhitung 354 hari. Dan penghitungan hari dimulai dari
tenggelamnya matahari sampai tenggelam lagi.3
Maka bila dikatakan bahwa Islam
menyembah "dewa bulan" dikarenakan memakai penanggalan yang
berdasarkan bulan, maka apakah agama orang Yahudi, yang juga memakai
penanggalan yang berdasarkan bulan ? berdasarkan "logika" Dr. Robert
Morey maka umat Yahudi " juga "penyembah bulan". Demikian juga
bila umat Kristen memakai penanggalan yang berdasarkan perputaran matahari,
apakah mereka juga menyembah matahari ? Mari kita simak keterangan berikut ini.
Penanggalan yang pertama adalah penanggalan yang berdasarkan bulan. Kebudayaan
kuno, seperti Siria, Babilonia, Egypt, dan Cina telah memakai penanggalan
bulan, sebagaimana budaya Semit juga mengambil penanggalan bulan untuk menandai
waktu mereka. Setelah kita ketahui kenyataan bahwa umat Yahudi dan Islam, dalam
tradisi budaya Semit, sama-sama memakai penanggalan Qomariah untuk menandai
bulan mereka. Maka kenapa umat Kristen memakai penanggalan yang berdasarkan
matahari menggantikan penanggalan bulan. Hal ini berkaitan erat dengan rekayasa
perayaan natal tanggal 25 Desember clan pengaruh pemikiran-pemikiran pagan yang
berporos pada penyembahan dewa Re (dewa matahari) dalam Kristen. Untuk
melengkapi bahasan ini, maka akan kami sertakan secara ringkas kajian tentang
perayaan natal 25 Desember oleh umat Kristen.
Perintah untuk menyelenggarakan
peringatan Natal tidak ada dalam Bibel dan Yesus tidak pernah memberikan contoh
ataupun memerintahkan pada muridnya untuk menyelenggarakan peringatan
kelahirannya.
Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran
Kristen Katolik pada abad ke-4 M. Dan peringatan inipun berasal dari upacara
adat masyarakat penyembah berhala. Dimana kita ketahui bahwa abad ke-1 sampai
abad ke-4 M dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme.
Ketika Konstantin dan rakyat Romawi
menjadi penganut agama Katholik, mereka tidak mampu meninggalkan adat/ budaya
pagannya, apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati hari Sunday
(sun=matahari; day=hari) yaitu kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember.
Maka supaya agama Katholik bisa
diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi diadakanlah sinkretisme (perpaduan
agama-budaya/ penyem-bahan berhala), dengan cara menyatukan perayaan kelahiran
Sun of God (Dewa Matahari) dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan=Yesus). Maka
pada konsili tahun 325, Konstantin memutuskan dan menetapkan tanggal 25
Desember sebagai hari kelahiran Yesus, Juga diputuskan: Pertama , hari Minggu
(Sunday = hari matahari) dijadikan pengganti hari Sabat yang menurut hitungan
jatuh pada Sabtu. Kedua, lambang dewa matahari yaitu sinar yang bersilang
dijadikan lambang Kristen. Ketiga, membuat patung-patung Yesus untuk
menggantikan patung Dewa Matahari.
Sesudah Kaisar Konstantin memeluk agama
Katolik pada abad ke- 4 Masehi, maka rakyat pun beramai-ramai ikut memeluk
agama Katholik. Inilah prestasi gemilang hasil proses sinkretisme Kristen oleh
Kaisar Konstantin dengan agama paganisme politheisme nenek moyang.
Demikian asal-usul Christmas atau Natal
yang dilestarikan oleh orang-orang Kristen di seluruh dunia sampai sekarang.
Darimana kepercayaan paganis politheisme mendapat ajaran tentang dewa matahari
yang diperingati tanggal 25 Desember?
Mari kita telusuri melalui Bibel maupun
sejarah kepercayaan paganis yang dianut oleh bangsa Babilonia kuno didalam
kekuasaan raja Nimrod (Namrud).
Putaran jaman menyatakan bahwa
penyembah berhala versi Babilonia ini berubah menjadi "Mesiah palsu",
berupa dewa "13a-al" anak dewa matahari dengan obyek penyembahan
"Ibu dan Anak" (Semiramis dan Namrud) yang lahir kembali. Ajaran tersebut
menjalar ke negara lain: Di Mesir berupa "Isis dan Osiris", di Asia
bernama "Cybele dan Deoius", di Roma disebut Fortuna dan
Yupiter", bahkan di Yunani. "Kwan Im" di Cina, Jepang, dan
Tibet. Di India, Persia, Afrika, Eropa, dan Meksiko juga ditemukan adat
pemujaan terhadap dewa "Madonna" dan lain-lain.
Dewa-dewa berikut dimitoskan lahir pada
tanggal 25 Desember, dilahirkan oleh gadis perawan (tanpa bapak), mengalami
kematian (salib) dan dipercaya sebagai Juru Selamat (Penebus Dosa):
1. Dewa Mithras (Mitra) di Iran, yang juga
diyakini dilahirkan dalam sebuah gua dan mempunyai 12 orang murid. Dia juga
disebut sebagai Sang Penyelamat, karena ia pun mengalami kematian, dan
dikuburkan, tapi bangkit kembali. Kepercayaan ini menjalar hingga Eropa.
Konstantin termasuk salah seorang pengagum sekaligus penganut kepercayaan ini.
2. Apollo, yang terkenal memiliki 12 jasa
dan menguasai 12 bintang/planet.
3. Hercules yang terkenal sebagai pahlawan
perang tak tertandingi.
4. Ba-al yang disembah orang-orang Israel
adalah dewa penduduk asli tanah Kana'an yang terkenal juga sebagai dewa
kesuburan.
5. Dewa Ra, sembahan orang-orang Mesir
kuno; kepercayaan ini menyebar hingga ke Romawi dan diperingati secara
besar-besaran dan dijadikan sebagai pesta rakyat.
Demikian juga
Serapsis, Attis, Isis, Horus, Adonis, Bacchus, Krisna, Osiris, Syamas, Kybele
dan lain-lain. Selain itu ada lagi tokoh/pahlawan pada suatu bangsa yang oleh
mereka diyakini dilahirkan oleh perawan, antara lain Zorates (bangsa Persia)
dan Fo Hi (bangsa Cina). Demikian pula pahlawan-pahlawan Helenisme: Agis,
Celomenes, Eunus, Soluius, Aristonicus, Tibarius, Grocecus, Yupiter, Minersa,
Easter.
Jadi, konsep bahwa
Tuhan itu dilahirkan seorang perawan pada tanggal 25 Desember, disalib/dibunuh
kemudian dibangkitkan, sudah ada sejak zaman purba4.
Konsep/dogma agama
bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi, dengan
sangat mudahnya diterima oleh kalangan masyarakat Romawi karena mereka telah
memiliki konsep itu sebelumnya. Mereka tinggal mengubah nama-nama dewa menjadi
Yesus. Maka dengan jujur Paulus mengakui bahwa dogma-dogma tersebut hanyalah
kebohongan yang sengaja dibuatnya. Kata Paulus kepada Jemaat di Roma:
"Tetapi jika
kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliannya; mengapa aku
masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa? (Roma 3:7) ".
Mengenai kemungkinan terjadinya pendustaan itu, Yesus telah mensinyalir lewat
pesannya:
Jawab Yesus kepada
mereka : "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab
banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata Akulah Mesias, dan
mereka akan menyesatkan banyak orang". (Matius 24:4-5)”.
NOTES
3. lihat http://www.webear.com/reliengl.htm#*top4, dalam Mohd Elfi Nieshaem Juferi, www.
Bismikallahumma.org.
4. Keterangan lebih jelas lihat Hj. Irena Handono,
Perayaan Natal 25 Desember -Antara Dogma dan Toleransi", Bima Rodheta,
2003
0 comments:
Posting Komentar