|
Persepsi
Tentang Kristen
Pasal terdahulu mencoba
menunjukkan bagaimana Muhammad dan penduduk Mekah yang lain berkesempatan
untuk belajar tentang Kristiani yang terbatas. Berbagai kesempatan telah
dilakukan dalam perjalanan dagangnya ke Syria, bahkan sebagaimana yang
dilakukan sendiri oleh Muhammad, akan tetapi tidak banyak berpartisipasi
dalam diskusi-diskusi keagamaan dengan orang-orang Kristen atau Nasrani.
Sebagian kecil masyarakkat Mekah adalah para penghuni asing yang tidak tetap
(atau masyarakkat yang berpindah-pindah). Sekalipun demikian, dalam ayat-ayat
Al-Qur'an terdahulu ada beberapa petunjuk yang amat bersahabat tentang umat
Kristen (Nasrani).
Sesungguhnya orang-orang mukmin,
orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi'in, siapa saja
diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan
beramal salih, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati (2: 62).
Pengakuan kepada orang-orang
Yahudi dan Nasrani sebagai golongan orang-orang yang beriman kepada Allah
adalah sesuai dengan jaminan yang diberikan oleh Waraqah, saudara sepupu
Khadijah isteri nabi Muhammad SAW itu, bahwa wahyu-wahyu yang akan beliau
terima itu dapat diperbandingkan dengan wahyu-wahyu yang diterima oleh Nabi
Musa.
Segera setelah Hijrah ke Madinah,
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu berkenaan dengan kesulitan yang dialami
beliau terhadap orang-orang Yahudi di Madinah yang tengah bermusuhan dengan
orang-orang Nasrani:
Sesungguhnya kamu dapati
orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman
adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu
dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang beriman adalah
orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani."
Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka (orang-orang Nasrani itu)
terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, juga karena sesungguhnya mereka
tidak menyombongkan diri. (5: 82).
Penghargaan dan pujian yang
diberikan kepada orang-orang Nasrani ini dapat mencerminkan kebaikan hati
yang dahulu ditunjukkan kepada segolongan umat Islam di kekaisaran Nasrani
Abyssinia (atau sekarang Ethiopia), ketika umat Islam melepaskan diri dari
penyiksaan dan penganiayaan masyarakat Quraish di Mekah.
Ayat di bawah ini lebih lanjut
dapat menunjukkan kemurahan hati orang-orang Nasrani, namun demikian ayat ini
juga tetap mengkritik tradisi monastik mereka:
Kemudian Kami iringkan di belakang
mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan pula Isa putra Maryam; dan Kami
berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya
rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah (tradisi
monastik yang membujang dan mengurung diri di dalam biara), padahal Kami
tidak mewajibkan kepada mereka tetapi mereka sendirilah yang mengada-adakan
untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan
semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang beriman di antara mereka
pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik (5:27).
Ayat berikut ini rupanya
menunjukkan kesadaran antara perpecahan dan perselisihan di antara
orang-orang Nasrani, meskipun menurut pemikiran dapat menunjukkan
perselisihan antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Perjanjian
itu dapat menjadi perjanjian atau statemen baru sebagaimana dipahami oleh
orang-orang Nasrani pertama:
Dan di antara orang-orang yang
mengatakan: "Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani", ada yang
telah Kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka sengaja melupakan sebagian
dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan
di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah
akan memberikan kepada mereka apa yang selalu mereka kerjakan (5: 14).
Argumen-argumen yang ditunjukkan
pada ayat di bawah ini di antara orang-orang Yahudi dan Nasrani:
Dan orang-orang Yahudi berkata:
"Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan
orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu
pegangan," padahal mereka sama-sama membaca Al-Kitab. Demikian pula orang-orang
yang tidak mengetahui mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan
mengadili diantara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka
perselisihkan itu (2: 113).
Ayat di atas menyebutkan bahwa
tuduhan-tuduhan satu sama lain antara orang-orang Yahudi dan orang-orang
Nasrani, menyebabkan mereka saling menghapuskan pihak lain.
Kecaman orang-orang Yahudi dan
Nasrani satu sama lain di atas benar-benar membuktikan bahwa mereka sama-sama
tidak mengakui kenabian Muhammad SAW, meskipun masing-masing tetap mempertahankan
kebenaran mereka secara eksklusif, sebagaimana dijelaskan pada ayat berikut
ini:
Dan mereka berkata:
"Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu
mendapat petunjuk." Katakanlah: "Tidak, bahkan (kami mengikuti)
agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah Ibrahim itu dari golongan orang
musyrik (2: 135).
Bahkan dikatakan bahwa Ibrahim dan
keturunan-keturunannya langsung itu bukan orang-orang Yahudi ataupun bukan
orang-orang Nasrani. Ada yang perlu dicatat bahwa tak
dapat disangkal Nabi Ibrahim AS dan lain-lainnya adalah "petunjuk"
dan tidak mungkin mengakui petunjuk ini sebagai orang Yahudi atau orang
Nasrani; tentu saja ini secara implisit harus ada sumber petunjuk yang lain.
(Ibrahim dalam pandangan Islam adalah seorang nabi/rasul, yang dengan
sendirinya menerima dan mengakui petunjuk). Kata hanif yang dipergunakan di
dalam Al-Qur'an menunjukkan seorang monoteis yang bukan Yahudi atau bukan
Nasrani, dan kata ini hanya digunakan untuk agama Nabi Ibrahim dan Nabi
Muhammad SAW beserta pengikut-pengikut beliau.
Sebagian apologetika
Al-Qur'an, ada yang menentang agama-agama yang terlebih tua dan terlebih
dahulu hadirnya di muka bumi ini. Para ulama muslim terdahulu menyebutkan
sebagian kecil manusia yang menganggap rendah Muhammad, mereka katakan
menjadi orang-orang yang hanif terhadap para pengikut Ibrahim dan Muhammad
ini. Namun demikian, tidak ada bukti yang menunjukkan sebutan orang-orang
hanif itu adalah kata itu sendiri, sungguhpun penjelasan demikian
diberlakukan. Dalam syair Jahili dan dalam bahasa Nasrani, kata hanif ini
berarti kafir atau penyembah berhala dikarenakan tidak mengikuti agama
Nasrani itu.
Apa yang barangkali dapat
dipandang sebagai awal mula kisah Nasrani (Kristen) di dalam Al-Qur'an adalah
materi legenda yang tidak diketemukan pada Perjanjian Baru:
Sesungguhnya Allah telah memilih
Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran, melebihi segala umat (di masa
mereka masing-masing), sebagai satu keturunan yang sebagiannya keturunan dari
yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ingatlah ketika
isteri Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan kepada
Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang salih dan berhidmat (di
Bait al-Maqdis). Karena itu terimalah nadzar itu dariku. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Maka tatkala isteri
Imran melahirkan anaknya, iapun berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
melahirkan seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang
dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah sama seperti anak perempuan.
Sesungguhnya aku telah menamainya Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya
serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang
terkutuk." Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nadzar) dengan baik dan
mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria
pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati
makanan di sisinya. Zakaria berkata: "Hai Maryam, dari mana kamu
memperoleh makanan ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi
Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendakiNya tanpa hisab (3: 34-37).
Imran dalam bahasa Arab dengan
membentuk kata amran, ayah Musa, Aaron dan Miriam di dalam Bibel. Sebagian
masyarakat Mekah seolah dibingungkan antara kata Mary dengan Miriam, karena
nama tersebut menjadi sama dalam bahasa Arabnya dan bahkan Mary dialamatkan
sebagai anak putri Aaron pada (19: 28).
Ayat tersebut dilanjutkan dengan
pertimbangan kelahiran John sang pembaptis (Yahya) yang kira-kira secara
kasar sesuai dengan Lukas dalam 1: 5 25, 57-64:
Disanalah Zakaria berdoa kepada
Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau
seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do'a. Kemudian
malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan salat
di mihrab (katanya): Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran
(seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah,
menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk
keturunan orang orang salih." Zakaria berkata: "Ya Tuhanku,
bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku sudah sangat tua dan istriku pun
seorang yang mandul? Berfirman Allah: "Demikianlah Allah berbuat apa yang
dikehendakiNya." Berkata Zakaria: "Berilah aku suatu tanda-tanda
(bahwa istriku telah mengandung)." Allah berfirman: "Tandanya
bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari kecuali
dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta
bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari." (3:38-41).
Ada pula penjelasan yang sama
namun dalam surat dan ayat yang lebih panjang pada 19: 1-15. Selanjutnya
diikuti oleh kisah yang tersebar luas tentang Maryam dan kelahiran Isa:
Dan ceritakanlah tentang kisah
Maria (Maryam) di dalam Al-Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari
keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang
melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya,
maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam
berkata: "Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah, jika kamu seorang yang taqwa." Ia (Jibril) berkata:
"Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu untuk memberimu
seorang anak laki-laki yang Suci." Maryam berkata: "Bagaimana akan
ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah ada seorang manusia
pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina." Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiKu; dan
agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat
dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan." Maka
Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri. Maka rasa sakit akan
melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata:
"Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu
yang tidak berarti, lagi dilupakan." Maka Jibril menyerunya dari tempat
yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah
menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke
arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang sudah masak
kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat
seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernadzar
berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara kepada
seorang manusia pun pada hari ini." Maka Maryam membawa anak itu kepada
kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: "Hai Maryam,
sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara
perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu
sekali-kali bukanlah seorang pezina," maka Maryam menunjuk kepada
anaknya.
Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak
kecil yang masih dalam ayunan." Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini
hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang
nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada,
dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat
selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku
seorang yang sombong lagi celaka. Dan sejahtera semoga dilimpahan kepadaku,
pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dunia dan pada hari aku
dibangkitkan hidup kembali." Itulah Isa putra Maryam yang mengatakan
perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya
(19: 16-34).
Di samping kisah yang diceritakan
ayat di atas bukannya tidak sama dengan kisah yang ada pada Lukas 1: 26-38.
Kisah kelahiran tersebut sama sekali memang berbeda, agar sekiranya umat
Kristen membaca tentang peristiwa lain yang terjadi. Tidak ada penjelasan
tentang hubungan Maria (Maryam) dengan Yusuf (Joseph), juga tidak ada
hubungan dengan perjalanannya ke Bethlehem, juga tidak ada kaitannya dengan
kelemahan. Sebelumnya tidak ada sumber-sumber lain tentang kisah kelahiran
ini, namun boleh jadi ada bagi orangorang Kristen di Arabia yang berpegang
teguh dengan pandangan yang demikian itu. Apa yang penting adalah sesuai
dengan sebagian besar tafsir Al-Qur'an yang mengajarkan konsepsi keperawanan
berkaitan dengan kelahiran Yesus (Isa), walaupun sebagian komentator muslim
modern mencoba menolak keperawanan ini. Agaknya Al-Qur'an
lebih perduli ketimbang ajaran-ajaran yang mempertahankan Maryam dari tuduhan
ketidaksucian dan zina; dan kata-kata di ayat terakhir yang dikutip --
"pernyataan kebenaran" -- kemungkinan mengimplisitkan ayat tersebut
yang berakhir dengan semua fitnah yang menjelaskan persoalan pokok konsepsi
secara tepat yang sebenamya. Pengakuan konsepsi kesucian Yesus (Isa) oleh
umat Islam bersamaan dengan penolakan mereka atas ketuhanannya, agaknya
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan penting antara konsepsi keperawanan,
kesucian dan ketuhanan, dan refleksi yang cenderung mendukung hal ini. Namun
yang dapat dikatakan bahwa bagi orang-orang yang beriman kepada hakekat
ketuhanan Yesus atas dasar yang lain adalah menguntungkan pada konsepsi
kesucian dan keperawanan.
Pernyataan paling penuh tentang
hakekat kenabian Yesus (Isa) diberikan pada kisah periwayatan yang lain:
(Ingatlah) ketika malaikat
berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan
kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang daripada
Nya) Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan
termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan
manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang
orang yang salih." Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku
mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang
laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan malaikat Jibril):
"Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah
berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:
"Jadilah," lalu jadilah dia. Dan Allah akan mengajarkan kepadanya
Al-Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel
(yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu
dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk
kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, kemudian ia menjadi
seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkkan orang buta sejak
dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang
yang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan
dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
adalah satu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh
beriman." Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang
sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan
untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari
Tuhanku. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
Sesungguhnya, Allah Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah
jalan yang lurus." Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani
Israel) berkatalah dia: "Siapakah yang menjadi penolong-penolongku untuk
(menegakkan agama) Allah?" Para hawariyin (sahabat-sahabat setia)
menjawab: "Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah dan
saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri
(muslimin). Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau
turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam
gologan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)" (3:
45-53).
Nama orang- orang yang menolong
(ansar) yang diberikan kepada para pendukung Nabi Muhammad SAW di Madinah,
dan juga penyatuannya dengan nasara (umat Kristen). Kata hawariyun yang
dipakai didalam Al-Qur'an hanya dimaksudkan bagi murid- murid
(sahabat-sahabat setia) Yesus (Isa).
Mu'jizat yang dijelaskan pada ayat
terdahulu juga terdapat pada ayat lain, walaupun tanpa adanya
preskripsi-preskripsi legal, lalu ditambahkan:
Dan (ingatlah) di waktu Aku
menghalangi Bani Israel (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu
mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang
kafir di antara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang
nyata" (5: 110).
Pada ayat-ayat di atas dijelaskan
bahwa Isa dikirim oleh Tuhan kepada Bani Israel, dan dengan demikian mejadi
salah satu keturunan Ibrahim. Walaupun demikian, dia ini dipandang sebagai
seorang hakim, "memperkuat" Torah (Taurat), sekalipun dengan
berbagai variasi yang berbeda-beda satu sama lain. Mu'jizat burung dari tanah
yang kemudian dapat hidup, yang tidak terdapat pada Perjanjian Baru, begitu
dikenal sampai ke para ilmuwan dari berbagai macam ajaran heretikal.
Ada dua hal yang tampil di dalam
Al-Qur'an untuk menolak kepercayaan bahwa Isa itu mati di tiang salib. Hal
yang kedua ialah menolak hakekat ketuhanan Yesus (Isa). Mengenai penolakannya
terhadap kematian Yesus di tiang salib adalah ayat Al-Qur'an yang
menyebutkan:
Dan karena kekafiran mereka (umat
Yahudi terhadap Isa) dan karena tuduhan mereka terhadap Maryam dengan
kedustaan besar (zina), dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami
telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak
membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah)
orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang
berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keraguan tentang
yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang yang dibunuh itu
kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang
mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat
Isa kepadaNya, dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (4:
156-158).
Sementara ada ayat lain yang
kurang jelas:
(Ingatlah) ketika Allah berfirman:
"Wahai Isa, sesungguhnnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu
dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir,
dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang kafir
sampai hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan
di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya" (3:
55).
Pada ayat yang kedua ini terma
yang samar-samar diterjemahkan dengan "menyampaikan kamu ke akhir
ajalmu" (mutawaffika) yang biasanya digunakan untuk pengertian
"menyebabkan engkau mati" (selain arti mati di tiang salib).
Orang-orang kafir yang mengikuti Isa yang disebutkan itu bisa jadi
orang-orang Yahudilah yang tidak mengakui Yesus dan yang sekarang dalam
posisi yang lebih rendah di Kekaisaran Byzantine.
Ayat pertama menunjukkan serangan
orang-orang Yahudi dan menegaskan bahwa mereka tidak membunuh Yesus. Dalam
pengertian ini, sebenarnya karena penyaliban adalah perbuatan serdadu-serdadu
Romawi; dan benar juga dalam artiannya yang lebih mendalam, karena penyaliban
itu bukan merupakan kemenangan bagi orang-orang Yahudi dalam pandangan mereka
tentang kebangkitan kembali Yesus setelah mati. Kalimat shubbiha lahun itu
diterjemahkan "seolah olah menjadi seperti mereka" adalah
samar-samar dan dapat diterjemahkan dengan cara-cara yang sangat berbeda.
Penafsiran umum di tengah kaum muslimin adalah bahwa ada orang lain,
kemungkinan sekali Yudas yang diserupakan dan menggantikan Yesus. Sekte
heretik modern dari Ahmadiyah berpegang pada pendapat yang mengatakan bahwa
Yesus hanyalah pingsan di atas tiang salib, masih tetap hidup dan pulih
kembali menjadi sehat seperti sedia kala. Lalu pergi ke arah timur untuk
menjalankan da'wah; dan golongan Ahmadiyah mengklaim telah menemukan
kuburannya di Kashmir. Selama berabad-abad sebelum lahimya Nabi Muhammad SAW,
berbagai macam kelompok heretikal Kristen mencoba menjelaskan kematian Yesus
di tiang salib dengan cara yang sama.Di tahun-tahun
belakangan ini satu atau dua orang muslim telah mencoba menemukan
penafsiran-penafsiran ayat di atas yang tidak bertentangan dengan kepercayaan
Kristen, karena Yesus benar-benar meninggal dunia.Walaupun
demikian, masih tetap ada bukti bahwa hampir seluruh umat Islam sejak zaman
Nabi Muhammad sampai hari ini telah menafsirkan ayat di atas dengan maksud
bahwa Yesus itu tidak mati di tiang salib. Jadi persepsi Kristianitas mereka
itu meliputi penolakan apa yang menjadi masalah sentral terhadap seluruh
keimanan Kristen.
Penolakan hakekat ketuhanan Yesus
(Isa) dikemukakan dalam banyak ayat Al-Qur'an dan dengan demikian juga
berarti penolakan secara langsung terhadap ajaran Trinitas. Sebagaimana
dijelaskan pada ayat-ayat berikut ini:
Wahai ahli Kitab, janganlah kamu
melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah
kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, putra Maryam, itu adalah
Rasulullah dan yang diciptakan dengan kalimat-Nya. Maka berimanlah kamu
kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan jangan kamu mengatakan: "(Tuhan
itu) tiga." Berhentilah dari ucapan itu, itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya
Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang
di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai pemelihara
(4: 171).
Sesungguhnya telah kafirlah
orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putra Maryam,"
padahal Al-Masih sendiri berkata: "Wahai Bani Israel, sembahlah Allah,
Tuhanmu dan Tuhanku." Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya
ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolongpun.
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, "bahwasanya Allah
salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Tuhan Yang Esa (5: 72-73).
Dan (ingatlah) ketika Allah
berfirman: "Wahai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada
manusia. Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?" Isa
menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakkan apa yang
bukan hakku dan mengatakannya. Jika aku pernah mengatakannya niscaya Engkau
telah mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang
ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
gaib-gaib ... Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku mengatakannya, yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan
Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada
di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang
mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala
sesuatu." (5: 116-117).
Pada konteks di atas jelas tidak
perlu mendiskusikan ayat-ayat tersebut secara terinci. Masalah-masalah ilmiah
yang membicarakan tentang kematian Isa itu telah lama dibicarakan oleh
Geoffrey Parrinder.Al-Qur'an tidak mempunyai
pertimbangan sahih tentang kepercayaan mayoritas luas umat Kristen di masa
hayat Nabi Muhammad, baik kepercayaan umat Kristen yang ada di Gereja Besar
maupun golongan Monofisit dan golongan Nestorian. Ide bahwa Maryam adalah salah
satu dari Trinitas barangkali berasal dari ketentuan kelompok Coliridian yang
tidak jelas, di Arabia kedengarannya lebih dari dua abad sebelum Muhammad
lahir. Juga mungkin adanya kebimbangan terhadap kenyataan bahwa dalam bahasa
Semit, kata yang menunjukkan Ruh itu adalah feminim (mu'annats). Al-Qur'an
juga agaknya berasumsi bahwa umat Kristen memahami "anak" dalam
arti fisikal sebenarnya, sementara ketika bangsa Arab pagan mengatakan
beriman kepada "anak perempuan Tuhan" ini tidak memungkinkan
diartikannya secara fisik.
Dalam kasus Kristen sebagaimana
yang terjadi di dalam Yahudi, yang penting adalah untuk mencatat seberapa
banyak yang tidak dikatakan. Tidak disebutkan kalau Yesus itu tidak ada
kaitannya dengan orang-orang bidaah yang sebenarnya, melainkan berkenaan
dengan orang-orang yang beriman kepada Tuhan tetapi memberikan
penekanan-penekanan yang salah kedalam praktek-praktek keagamaan. Misalnya,
menuntut dipenuhinya secara seksama kewajiban-kewajiban ritual namun lalai
terhadap keadilan dan memelihara hal-hal yang lain; dan mereka juga tidak mau
memperlakukan orang-orang yang mereka anggap berdosa secara benar. Untuk
menemukan kerusakan yang terakhir inilah Yesus menegaskan bahwa dalam kasus
penyesalan diri atau taubat bagi pelaku perbuatan dosa, Tuhan bukan hanya
mengampuni hukuman melainkan malah memperbaiki orang-orang yang berbuat dosa
agar bahagia dan terlepas dari dosa. Lagi-lagi di dalam Al-Qur'an tidak ada
yang membicarakan tugas utama Yesus (Isa), baik yang disebutkan sebagai
pengabsahan kerajaan Tuhan maupun penyelamatan dunia atau dengan beberapa
nama yang lain. Sementara itu dikatakan bahwa Yesus menerima kitab suci dari
Tuhan yang diberi nama Injil (Gospel atau Evangel). Maka tidak ada yang
mengatakan bahwa ini sepertinya merupakan ajaran yang lebih aktual di dalam
Perjanjian Baru ketimbang kitab Taurat yang diterima oleh Musa yang dianggap
sama aktualnya dengan kitab Pentateuch. Selanjutnya umat Islam biasanya
menolak ajaran-ajaran aktual kita, yaitu kitab yang diterima oleh Yesus, karena
terdiri dari seluruh wahyu yang berasal dari Tuhan dan bukan merupakan
pemyataan-pernyataan historis tentang Yesus.
Ada ayat yang dapat dinyatakan
dalam mana umat Kristen dapat melihat petunjuk Eucharist:
(Ingatlah) ketika
pengikut-pengikut Isa berkata: "Wahai Isa putra Maryam, bersediakah
Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?" Isa menjawab:
"Bertaqwalah kepada Allah jika betul-betul orang beriman." Mereka
berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami
dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami
menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu." Isa putra Maryam
berdo'a: "Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan
dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi
orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda
bagi kekuasaan Engkau; beri rizkilah kami, dan Engkaulah Pemberi rizki Yang
Paling Utama." Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan
hidangan itu kepadamu."
Dari ayat ini tidak mungkin
memberikan ide yang signifikan tentang Eucharist bagi umat Kristen.
|
0 comments:
Posting Komentar