Revival Of Islamic Faith Foundation
News Update :

Puasa Orang Terdahulu

3 Agustus 2011


Bismillahirrahmanirrohiim..


يٰأَيُّهَا الَّذينَ ءامَنوا كُتِبَ عَلَيكُمُ الصِّيامُ كَما كُتِبَ عَلَى الَّذينَ مِن قَبلِكُم لَعَلَّكُم تَتَّقونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS 2: 183)
Muhammad Ali Ash-Shobuny menerangkan bahwa berpuasa itu diwajibkan pada bulan Ramadhan sebagaimana telah diwajibkan atas umat-umat sebelum kita agar kita bertakwa, yaitu menjadi orang yang bertakwa kepada Allah dengan menjauhi apa yang diharamkan-Nya.[1]


TAFSIR AYAT
Imam Mawardi dalam kitab tafsirnya menjelaskan sebagai berikut:[2]
I. (Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa) Artinya diwajibkan atas kamu berpuasa dari segala sesuatu yang kamu harus menahannya. Ini adalah puasa menurut pengertian bahasa. Adapun puasa menurut pengertian syara' adalah: menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa pada waktu tertentu.
Nabi bersabda,

إن الله تبارك وتعالى يقول :
كل عمل ابن ادم له إلا الصيام فإنه لى .......

"Allah berfirman: Setiap amal anak Adam itu untuk mereka sendiri sedangkan puasa itu untuk-Ku....” (Bukhari 3/24, Muslim 5/122, Nasa'i 4/59). Imam Mawardi menjelaskan dua alasan mengapa puasa itu tampak khusus dibanding ibadah lain:

a. Puasa itu mencegah kepura-puraan diri berikut nafsu yang menyertainya
b. Puasa itu merupakan rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya yang tidak ditampakkan kecuali untuk Tuhannya.
Inilah yang menyebabkan puasa menjadi sangat khusus dibandingkan dengan ibadah lainnya.
Firman Allah “kama kutiba ‘alal-ladzina min qablikum” (sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu) pada ayat ini menunjukkan bahwa ibadah puasa telah dilakukan oleh orang-orang beriman sebelum Nabi Muhammad SAW. Hal ini terbukti dalam sejarah para nabi, jauh sebelumnya Nabi Adam telah diperintahkan untuk berpuasa tidak memakan buah khuldi (Qs. Al-Baqarah 35). Maryam bunda Nabi Isa pun berpuasa dengan tidak bicara kepada siapapun (Qs. Maryam 26). Nabi Musa bersama kaumnya berpuasa empat puluh hari. Nabi Isa pun berpuasa. Nabi Daud berpuasa selang-seling (sehari berpuasa dan sehari berikutnya berbuka). Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul telah mengamalkan puasa tiga hari setiap bulan dan turut mengamalkan puasa Asyura yang jatuh pada hari ke 10 bulan Muharram bersama masyarakat Quraisy yang lain. Berbagai kaifiyat (tatacara) puasa para nabi tersebut berbeda-beda sesuai dengan zaman yang berlaku, namun esensinya sama, untuk mencapai derajat taqwa (la’allakum tattaquun).

Alkitab (Bibel) pun mencatat syariat puasa para nabi terdahulu. Puasa pada masa Samuel sebagai amal pertaubatan kepada Tuhan (I Samuel 7:6) dan berkabung (I Samuel 31:13; II Samuel 1:12). Nabi Daud berpuasa sampai badannya kurus kehabisan lemak (Mazmur 109:24); Nehemia berpuasa ketika berkabung (Nehemia 1:4), Daniel juga berpuasa (Daniel 9:3), Yoel berpuasa bersama penduduk negerinya (Yoel 1:14), Yunus berpuasa (Yunus 3:5), Zakharia diperintah Tuhan untuk berpuasa (Zakharia 7:5), warga Yerusalem berpuasa pada bulan kesembilan (Yeremia 36:9), Hana, seorang nabi perempuan tidak pernah meninggalkan ibadah puasa dalam rangka bertaqarrub kepada Tuhan (Lukas 2:36-37), dll.

Nabi Musa dan Yesus sama-sama berpuasa jasmani dan rohani, tidak makan dan tidak minum selama 40 hari. Musa berpuasa selama 40 hari 40 malam pada saat menerima Sepuluh Firman/dasatitah/The Ten Commandments (Keluaran 34:28). Sementara Yesus berpuasa 40 hari 40 malam di padang gurun (Matius 4:2). Yesus juga mewajibkan para muridnya untuk berdoa dan berpuasa untuk mengusir setan yang merasuki manusia (Matius 17:21). Orang Farisi pada masa Yesus berpuasa Senin-Kamis setiap pekan (Lukas 18:12).
Di dalam kitab Injil atau Perjanjian Baru yang diimani oleh umat Kristen, baik itu Katolik Romawi, Kristen Protestan, maupun Kristen Advent memang tidak kita dapati ajaran tentang puasa secara jelas dan rinci, selain sekadar sebutan bahwa puasa sebagai bentuk ibadat yang terpuji dan sanjungan bagi orang-orang yang berpuasa.


Dalam Injil Barnabas juga menjelaskan secara panjang lebar tentang ajaran puasa sebagai syariat yang diwajibkan, yang bersumber pada puasa yang dijalankan oleh Yesus sendiri, seperti tersebut dalam kutipan surat 14 ayat 1-6. Dalam ayat tersebut, disebutkan bahwa Yesus berpuasa selama 40 hari 40 malam.


Dengan munculnya Paulus yang mengajarkan Paulinisme, maka ajaran puasa dalam Perjanjian Baru menjadi berubah, bahkan dihapuskan, karena dianggap sebagai syariat yang memberatkan para pengikut Kristus dan dianggap sebagai penghalang bagi orang-orang yang akan menganut Paulinisme. Karena itu, Paulus tidak memperketat atau mempertegas ajaran puasa; bahkan sekarang umat Kristen tidak lagi mengenal kewajiban puasa.

Tradisi dan kewajiban puasa tak hanya berlaku pada umat Nabi Muhammad SAW. Surah al-Baqarah [2] ayat 183, yang menjadi landasan perintah berpuasa bagi umat Rasulullah, menyebutkan bahwa kewajiban ibadah puasa telah diberikan kepada umat-umat sebelumnya.


Catatan Kaki:
1. Muhammad Ali ash-Shobuny, Shafwat at-Tafasir, juz 2, Maktabah al-Ghazali, h, 121
2. Abul Hasan al-Mawardi, an-Nukat wa al-ÕUyun: Tafsir al-Mawardi, jilid 1, Dar al-Kitab al- Ilmiyah,   Beirut, h, 235-237
3. Diambil dari buku "Pilar-pilar Islam dalam al-Sunnah" karya Prof. Dr. Umar Hasyim, oleh M. Rofiq Mu'allimin.
Share this Article on :

0 comments:

Posting Komentar

 

© Copyright revival of Islamic faith foundation 2012 | Design by Atmadeeva Keiza | Published by Borneo Templates | Modified by Blogger Tutorials.